Nasib serupa dialami guru honorer di Lampung, bahkan dengan gaji yang lebih sedikit. Muhammad Hafid Sunairi viral di medsos setelah mengunggah video yang menunjukkan gajinya selama sebulan. Ia dibayar Rp4.000/jam, dan mengajar 8 kali sebulan. Ia mendapat honor tetap Rp12.000 karena harus bolak-balik ke sekolah mengurus banyak hal. Jika ditotal, sebulan ia menerima hanya Rp118.000. Ngeri.
Sikap pantang menyerah: mencari penghasilan sampingan
Cerita Hafid ini terjadi pada bulan April, bertepatan dengan bulan puasa. Biasanya, ia bisa menerima gaji Rp200.000-Rp257.000. Meski gajinya kecil, ia tak kekurangan akal untuk mencari penghasilan tambahan. Hafid punya channel Youtube dan TikTok yang sudah cukup berkembang sehingga bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Penghasilan boleh rendah, tapi jangan menyerah!
PPPK untuk menghapus tenaga honorer
Pemerintah melalui program PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) berniat menghapuskan tenaga honorer. Mereka yang lolos dalam seleksi akan mendapat gaji UMR meski tidak mendapat tunjangan seperti halnya PNS. Lagi pula, sistemnya kontrak per satu tahun.
Satu sisi, progam ini baik karena memang pekerjaan guru honorer sangat tidak manusiawi. Tapi melihat banyaknya kebutuhan guru untuk seluruh daerah di Indonesia sampai ke daerah-daerah, program ini dirasa sangat lambat.
Pemerintah juga harusnya memperhatikan kesejahteraan guru yang mendapat gelar pahlawan tanpa tanda jasa ini. Stop memberi sanjungan berlebihan, guru honorer juga punya keluarga yang harus dinafkahi. Mereka butuh makan dan sarana penunjang hidup lainnya, bukan sanjungan.
Bandingkan dengan kementrian dan lembaga pemerintahan yang menghabiskan dana triliunan rupiah untuk rapat dan studi banding. Dana super besar itu harusnya bisa menyejahterakan jutaan guru honorer di Indonesia. Beragam rapat dan studi banding itu tidak berguna sama sekali!
Lihat pula para pejabat di kementrian keuangan dan dirjen pajak akhir-akhir ini yang ramai diberedeli kekayaannya karena suka pamer kekayaan. Hanya karena mereka bersentuhan langsung dengan uang, tidak dibenarkan mereka hidup foya-foya dengan pamer barang-barang mewah. Entah sumbernya legal atau tidak.
Kalau benar pemerintah serius memajukan pendidikan di Indonesia, mulailah dengan memperbaiki tingkat kesejahteraan para gurunya. Hapuskan tenaga honorer, berikan gaji yang layak supaya para guru bisa fokus membangun bangsa melalui pendidikan.