Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Biar Saja Anak Bayi Banyak Tingkah agar Tak Jadi Strawberry Generation

2 Maret 2023   23:25 Diperbarui: 12 Maret 2023   19:36 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak bayi banyak akalnya | dokumentasi pribadi

Suatu kali anak bayi kami membentur tembok dekat pintu kamar, pipinya lebam beberapa hari.

Kali lain kedua lututnya lecet karena berjalan buru-buru, jatuh membentur jalan beton.

Kepalanya berkali-kali membentur tembok atau kolong meja. Jidatnya juga pernah benjol meski tidak sebesar bakpaw.

***

Di atas hanyalah contoh-contoh pengalaman kecil yang dialami anak bayi laki-laki kami, 16 bulan, yang banyak tingkahnya. 

Ditandai dengan suka masuk ke kolong meja, naik tangga undakan maupun tangga tukang, membalikkan keranjang untuk mengambil benda di atas meja, berdiri di atas kursi bahkan meja dan naik ke motor matic. Semua itu dilakukan sendiri, tanpa campur tangan kami.

Padahal kami mengasuh sendiri anak kami (Sesekali dititipkan ke tempat Mbah, sih). Kalau di tangan kami, orang tuanya sendiri, anak bayi bisa luka, apa kabar kalau diasuh orang? Lalu, apakah kami tidak becus menjadi orang tua?

Belum setahun sudah banyak tingkah

Sejak usia 11 bulan, anak bayi kami telah menunjukkan tanda-tanda suka menaiki benda yang lebih tinggi seperti tangga atau kursi. Ini tentu baik, karena motoriknya berkembang optimal. 

Namun harus berjaga-jaga dan siaga penuh. Sebab pergerakan anak bayi yang normal sangat cepat, sering di luar kesadaran orang dewasa.

Misalnya, anak kami suka menaiki tangga menuju lantai 2 rumah kami. Mulanya hanya satu dua anak tangga sampai di ujung belokan. Lama-kelamaan sampai di atas juga. 

Suatu hari istriku mau jantungan. Si bayi sedang main di kamar belakang, sedang mamanya sedang menyapu. Belum 5 detik, pas dicari tidak ada. Di mana bayi kami...? Ternyata sudah tiba di lantai 2!

Bisa Anda bayangkan kecepatan geraknya? Yang membuat was-was, tangga rumah kami ini sempit, tapi curam. Pembatasnya juga dari palang kayu sekadarnya, ada lubang besar yang tentu saja bahaya buat anak kami. Takut kalau jatuh.

Untuk mencegah risiko itu, aku pasang palang menuju lantai 2. Kukira anak kami bakal protes meronta-ronta karena akses permainannya aku batasi. Ternyata... begitu selesai dipasang palangnya malah tidak disentuh blas, dilirik pun tidak. Syapek deh!

Anak bayi suka naik tangga dan kursi | dokumentasi pribadi
Anak bayi suka naik tangga dan kursi | dokumentasi pribadi

Kembali pada kulit lecet. Sebenarnya kami kasihan pada anak kami, kulit bayi yang mulus kok ya sudah lecet-lecet karena banyak tingkah. 

Tapi selama itu menjadi ciri pertumbuhan dan perkembangan yang normal ya biar saja. "Anak cowok kok, nggak papa," ujarku pada istri di awal-awal anak kami sering jatuh ringan.

Kami tidak ingin anak kami menjadi strawberry generation (generasi stoberi), yakni generasi yang tampilannya menarik, tapi lembek. Ada orang tua yang memperlakukan anak bayinya secara berlebihan. 

Selalu digendong, tidak diajari tengkurap, tidak boleh disentuh orang lain, tidak boleh menyentuh barang-barang nanti bisa berantakan, makan selalu disuapi dan seterusnya.

Sadar atau tidak, tindakan semacam ini membentuk anak menjadi generasi stoberi. Anak bakal kehilangan kesempatan untuk mencoba dan menggunakan panca inderanya. Anak bakal terganggu perkembangannya.

Kabel yang "berdarah"

Pernah ada cerita unik, sekaligus miris. Terjadi pada murid kelas 6 SD yang akan melakukan praktikum IPA oleh gurunya. 

Anak diminta mengupas kabel untuk membuat rangkaian listrik. Entah bagaimana, kabelnya bisa mengeluarkan darah! Maksudnya, salah satu anak teriris jarinya.

Rupanya, dia tidak pernah memakai cutter. Mungkin malu kalau orang lain tahu, sudah kelas 6 masa tidak bisa memakai cutter. Niatnya pengen mencoba sendiri, ternyata susah. Alih-alih kabelnya yang terkelupas, malah kulit jarinya. Ngeri kan?

Murid seperti ini diduga selama di rumah dia tidak pernah diberi kesempatan untuk mencoba dan belajar mandiri. 

Segala sesuatunya disiapkan. Mau apa tinggal panggil Mbak (helper). Ada kesusahan apa, Mbak yang membereskan. Atau guru les, kalau perihal materi pelajaran. Inilah yang membentuk generasi stroberi.

Strawberry generation dihasilkan dari strawberry parents (orang tua stroberi)

Anak bayi banyak akalnya | dokumentasi pribadi
Anak bayi banyak akalnya | dokumentasi pribadi

Orang tua jenis ini tidak mendidik anak dengan benar. Niatnya mungkin baik. Memberi semua yang anak inginkan (bukan butuhkan), bahkan secara berlebihan. 

Kalau anaknya mengalami masalah, orang tuanya yang maju. Bukannya ditegur, tapi dilindungi. Anak tidak dipercaya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Anak tidak boleh membuat rumah kotor, tidak boleh melakukan hal yang berbahaya.

Generasi semacam ini, kelak jika sudah besar akan semaunya sendiri, bossy, suka pamer dan tidak tahu tata krama. Bahkan bisa melakukan tindak kekerasan. Contohnya seperti Mario Dandy anak Pejabat Dirjen Pajak yang suka pamer itu.

Anda mau punya anak seperti itu?

Tidak ingin menghasilkan strawberry generation

Kami bersyukur untuk tumbuh-kembang anak kami yang demikian baik. Tubuhnya sehat, respons dan motoriknya juga bagus. Dia bahkan bisa menggunakan akalnya untuk meniru maupun melakukan yang ia inginkan. Meski terkadang dilakukan dengan bermacam tingkah yang agak berbahaya.

Sebisa mungkin kami terus awasi dan dampingi anak kami. Kalau dia pas ingin naik-naik, kami dampingi, dia ingin melakukan apa. Jika mengambil benda yang berbahaya, misalnya cutter atau pisau, pasti langsung kami alihkan dengan benda lain.

Kalau di gereja, selesai acara Sekolah Minggu, biasanya dia akan naik turun tangga sambil pegangan di pembatasnya. Kami temani dia, entah untuk 2-3 putaran. 

Anak kami juga sudah jago naik motor sendiri. Biasanya aku pulang kerja sebentar, lalu ngelesi. Karena doi sudah excited mau naik motor, aku ajak dia muter kompleks sekali. Sesekali kami ajak anak kami main perosotan di taman kompleks. Begitu pun dia sudah senang.

Tidak ada yang salah dengan anak bayi yang banyak tingkah, itu justru tanda bayi sehat. Selama kita mengawasi dan mendampingi dia belajar justru membentuknya menjadi pribadi yang tangguh, bukan strawberry generation. --KRAISWAN 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun