Misalnya, anak kami suka menaiki tangga menuju lantai 2 rumah kami. Mulanya hanya satu dua anak tangga sampai di ujung belokan. Lama-kelamaan sampai di atas juga.Â
Suatu hari istriku mau jantungan. Si bayi sedang main di kamar belakang, sedang mamanya sedang menyapu. Belum 5 detik, pas dicari tidak ada. Di mana bayi kami...? Ternyata sudah tiba di lantai 2!
Bisa Anda bayangkan kecepatan geraknya? Yang membuat was-was, tangga rumah kami ini sempit, tapi curam. Pembatasnya juga dari palang kayu sekadarnya, ada lubang besar yang tentu saja bahaya buat anak kami. Takut kalau jatuh.
Untuk mencegah risiko itu, aku pasang palang menuju lantai 2. Kukira anak kami bakal protes meronta-ronta karena akses permainannya aku batasi. Ternyata... begitu selesai dipasang palangnya malah tidak disentuh blas, dilirik pun tidak. Syapek deh!
Kembali pada kulit lecet. Sebenarnya kami kasihan pada anak kami, kulit bayi yang mulus kok ya sudah lecet-lecet karena banyak tingkah.Â
Tapi selama itu menjadi ciri pertumbuhan dan perkembangan yang normal ya biar saja. "Anak cowok kok, nggak papa," ujarku pada istri di awal-awal anak kami sering jatuh ringan.
Kami tidak ingin anak kami menjadi strawberry generation (generasi stoberi), yakni generasi yang tampilannya menarik, tapi lembek. Ada orang tua yang memperlakukan anak bayinya secara berlebihan.Â
Selalu digendong, tidak diajari tengkurap, tidak boleh disentuh orang lain, tidak boleh menyentuh barang-barang nanti bisa berantakan, makan selalu disuapi dan seterusnya.
Sadar atau tidak, tindakan semacam ini membentuk anak menjadi generasi stoberi. Anak bakal kehilangan kesempatan untuk mencoba dan menggunakan panca inderanya. Anak bakal terganggu perkembangannya.
Kabel yang "berdarah"