Pelayanan di dunia mahasiswa melalui Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK)---salah satu bagian dari Perkantas---telah banyak menolong Kris dan Yanti untuk mengalami pertumbuhan rohani. Di dalamnya termasuk cara memilih Pasangan Hidup yang sesuai kehendak Tuhan.
Pada artikel sebelumnya (di sini), aku sudah membagikan tips mendasar tentang pentingnya memahami konsep "Pasangan Hidup" yang lebih penting dibanding "Pacar". Berikutnya, aku akan membagikan tips---berdasarkan pengalaman pribadiku---dalam menemukan Pasangan Hidup.
Pertama, membuat kriteria Pasangan Hidup dan mendoakan.
Kalau untuk membeli sepatu saja (yang jika ada model terbaru kita bisa segera membeli dan mengganti yang lama) kita punya kriteria khusus, masa untuk Pasangan Hidup tidak? Orang yang bakal menemani seumur hidup loh ini...
Kriteria PH ini dibagi tiga, yakni kriteria primer, sekunder dan tersier. Seperti prioritas dalam ilmu ekonomi. Kriteria yang dibuat juga harus konkret dan spesifik, jangan mengambang. Kalau mengambang, meski kriterianya cocok ternyata sosoknya bukan manusia, kan repot!
Dalam kriteria primer, aku menginginkan sosok yang seiman, takut akan Tuhan dan berpikiran dewasa. Kriteria ini tidak bisa diganggu gugat, wajib seiman! Aku tidak kompromi dengan yang beda iman.
Dalam kriteria sekunder, seperti namanya juga pelengkap, aku terbuka pada etnis apa pun (tidak kepikiran orang Batak sih), memiliki gaya hidup sederhana dan mau menerima keadaan keluargaku. Bagian ini penting, karena menikah bukan hanya urusan dua kepala, melainkan dua keluarga besar. Jadi orang yang kita nikahi harus kita terima juga apa pun kondisi keluarganya. (Tak berarti harus diikuti jika ada bagian yang tidak membangun)
Dalam kriteria tersier, bisa dibuat seideal dan setinggi-tingginya. Namanya saja tersier (mewah), kalau ketinggian dan tidak tercapai ya jangan sakit hati ya. Makanya harus realistis. Aku mendambakan sosok yang postur badannya langsing semampai, kulitnya putih, bisa memasak dan yang serba bisa. (Sudah muluk belum?)
Seandainya ada satu atau dua hal pada kriteria sekunder atau tersier tidak dipenuhi ya jangan langsung ditolak. Yang penting, kriteria primer sudah dipenuhi. Kenapa? Sebab jika mencari yang sempurna malah tidak jadi menikah, karena memang tidak ada manusia yang sempurna. Ada yang penampilannya mempesona, tapi kualitas hatinya belum tentu.
Sebaiknya kriteria ini dicatat agar jelas dan didoakan dengan sungguh-sungguh. Mendoakannya juga sambil berusaha ya, jangan hanya berdoa. Sambil terbuka, berelasi dengan lawan jenis senetral mungkin, jangan gampang terbawa perasaan.
Aku sendiri butuh waktu sekitar setahun untuk mendoakan kriteria PH. Memohon belas kasihan Tuhan agar menunjukkan tanda yang jelas, siapa sosok yang aku dambakan.
Kedua, melakukan pendekatan (PDKT) dan mengecek kriteria.
Berdoa dilakukan dalam rangka berkomunikasi dan meminta kepada Allah, Sang Pemilik Kehidupan. Sedangkan usaha perlu dilakukan untuk menghidupi yang didoakan. Ora et labora. Bentuk usaha ini yakni PDKT pada target sambil mencocokkan dengan kriteria yang telah dibuat.
Kalau ada yang berpotensi dan mendekat tapi tidak cocok kriteria? Sambil diuji, mungkin belum nampak kriteria dalam diri orang tersebut. Jika memang tidak ada, ya skip saja. Tidak perlu membuang-buang waktu, apalagi memberi harapan palsu.
Bagaimana cara PDKT yang efektif? Prinsipnya gunakan semua media, kesempatan dan ide agar bisa berkomunikasi dengan doi. Ajaklah diskusi tentang topik tertentu, tanyakan pandangannya, atau lihatlah responsnya saat menghadapi masalah. Biasanya, yang responsnya mewakili karakter, yang nantinya setelah menikah tidak akan banyak berubah.
Jika dalam pengecekan kriteria ini sudah mengerucut pada satu orang, segera menyatakan perasaan. (Bukan nembak ya!) Apa alasan tertarik, kenapa mendoakan, dan apa tujuannya.
Ketiga, merespons segala bentuk jawaban.
Jika doi menjawab "Ya" atas pengakuan kita, beri dia waktu berdoa pribadi. Tanyakan, perlu berapa lama. Mungkin 1-2 bulan. Setelah batas waktunya, minta doi membagikan hasilnya. Jika "Ya", bisa lanjut ke doa bersama. Tapi jika doi menjawab "Tidak", ya sudah. Jangan dipaksa. Prosesnya kembali ke tahap PDKT. Jangan menyerah!
Keempat, berdoa bersama.
Di tahap ini harusnya sudah lebih mantab. Hal-hal yang didoakan seputar pergumulan bersama, supaya Tuhan memimpin dan mempersiapkan kita menuju ke relasi pacaran.
Boleh cerita dan membagikan pergumulan apa pun, lalu didoakan bersama. Tapi ingat, belum pacaran, jadi tidak usah berlebihan. Waktu doa bersama juga perlu disepakati, misalnya 3-5 bulan. Tujuannya, dalam doa bersama ini Tuhan makin membukakan karakter masing-masing.
Kelima, berkomitmen untuk pacaran.
Selama doa bersama, hendaknya terus dievaluasi tiap bulan. Bagian mana yang sudah dijawab, mana yang belum, bahkan mana yang dijawab "Tidak". Yang belum dijawab, bisa terus didoakan di bulan setelahnya.
Jika waktu doa bersama sudah dilewati, masing-masing sudah berproses. Tentu banyak hal yang Tuhan sudah nyatakan. Berikutnya adalah keputusan untuk ke tahap berikutnya: pacaran. Jika sudah yakin dan mantab, merasa Tuhan sudah memberi restu, maka bisa sama-sama berkomitmen ke jenjang pacaran.
Selesai? Tidak. Ini justru awal mula untuk menyamakan sudut pandang dan membahas pernikahan. Untuk menemukan sosok pasangan hidup saja kok panjang dan ribet ya...? --KRAISWANÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H