Devina Anindita dan Keysa Aditia Putra Winardi, dua pelajar SMPN 1 Ciawi Bogor yang berhasil mengharumkan nama Indonesia melalui kompetisi dance sport. Dance sport adalah dansa ballroom yang diwarnai dengan kompetitif dan berbeda dengan tarian sosial atau pertunjukan. Dance jenis ini juga memberi kesempatan bagi mereka yang kurang beruntung, yakni Para Dance Sport dengan setidaknya salah satu penari menggunakan kursi roda.
Dance sport ini disetujui dan diatur oleh organisasi dance sport di tingkat nasional dan internasional seperti World Dance Sport Federation agar mendapat pengakuan untuk mengadakan olimpiade.
Tak tanggung-tanggung, Devina dan Keisha (panggilan keduanya) merupakan atlet peraih 3 medali emas untuk Kabupaten Bogor dalam Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Barat 2022.
Dalam wawancara singkat bersama Sekjen Kemendikbudristek, Ir. Suharti, MA, Ph.D, Devina dan Keysha menyampaikan bahwa sejak kecil sudah menyukai dunia tari. Mulanya, sang pelatih yang adalah rekan kakak Devina sedang mencari generasi penerus dance sport.
Sang pelatih meminta Devina mencari teman laki-laki untuk menjadi partner menari. Ia pun menghubungi Keysha. Kegiatan menari mereka dilakukan di luar sekolah. Jadi komentar netizen sok tahu bahwa dance sport ada dalam kurikulum ekstrakurikuler sekolah sepenuhnya salah.
Awal mula video mereka beredar di media sosial yakni saat gurunya meminta Devina-Keysha menunjukkan talenta setelah memenangkan medali emas pada Porprov Jawa Barat XIV Tahun 2022 Cabang Olahraga Dance Sport. Sebenarnya ada 3 siswa, namun entah mengapa hanya mereka yang disorot.
Dalam sesi wawancara itu Devina-Keisha menyampakan harapan untuk meraih prestasi di kancah internasional. Mereka berharap Kemendikbudristek dapat terus mendukung mereka meraih berprestasi. Dukungan yang diharapkan yakni pelatihan ke luar negeri, hingga fasilitas memadahi untuk terus mengembangkan talenta mereka.
Di akhir sesi, Devina berpesan kepada para anak muda yang memiliki bakat di bidang olahraga untuk terus digeluti sesuai kemampuan masing-masing. Keisha juga berpesan agar mereka yang memiliki bakat dan prestasi untuk terus maju, karena usaha tidak akan mengkhianati hasil.
Wawancara ditutup dengan pemberian hadiah berupa laptop bagi kedua siswa berprestasi tersebut. Sekjen Suharti berharap hadiah tersebut dapat memacu mereka untuk terus belajar di bidang akademik maupun non-akademik.
Tidak ada yang salah dengan bakat Devina-Keysha. Yang salah adalah sudut pandang sempit sekelompok masyarakat dalam menilai bakat anak. Ini yang disebut kemunduran dalam berpikir. Dance sport ini membutuhkan bakat khusus, tidak semua orang bisa melakukannya. Levelnya bahkan internasional. Jadi, kalau ada anak Indonesia yang memiliki bakat dan prestasi di bidang ini, justru membanggakan.