Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #16

17 Januari 2023   16:50 Diperbarui: 17 Januari 2023   17:08 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berfoto di depan Taman Sriwedari | dokumentasi pribadi

"Teman tapi mesra". Barangkali topik ini yang cocok untuk artikel seri ini. Relasi ini menggambarkan pria dan wanita yang tidak/ belum pacaran, tapi kedekatannya melebih teman biasa. Tapi mesra dalam hubungan yang sehat dan batasan yang jelas.

Meski belum berpacaran, Kris dan Yanti boleh menikmati waktu berkualitas. Namun sangat beda dengan "teman tapi mesra" yang dijalani sejoli pada umumnya. Relasi kami lebih jelas karena melibatkan doa, sharing, target serta menjaga kekudusan dengan tidak melakukan hubungan fisik.

Tahapan-tahapannya juga jelas. Dari membuat kriteria, berdoa pribadi, mengungkapkan perasaan, doa bersama, jika memang sudah sama-sama sepakat baru berkomitmen untuk pacaran. Tujuan berpacaran pun jelas. Bukan untuk gaya-gayaan, tapi untuk mempersiapkan pernikahan. Kris dan Yanti bersyukur bisa menikmati quality time di beberapa kota.

Sedikit mengulas saat Kris masih di Surabaya... Pada liburan tengah tahun Yanti mengunjungi adik perempuannya di Salatiga yang masih berjuang menyelesaikan tugas akhir. Sebagai kakak yang baik, Yanti perlu memberi dukungan, pendampingan dan motivasi.

Di saat bersamaan, Kris sedang liburan sekolah, sehingga bisa menjemput Yanti dari Semarang Poncol lalu mengantar ke kos adiknya. Kris merasa sangat canggung, karena belum pacaran jadi tidak bisa berlama-lama di kos adiknya.

Pada kesempatan ini Kris mengajak Yanti ke Eling Bening Ambarawa. Di sinilah Yanti 'menginterogasi' Kris, lalu menyatakan bersedia berdoa bersama Kris. Dalam doa bersama, relasinya menjadi lebih akrab dan lebih besar peluang untuk saling mengenal.

Masa Kris sudah kembali ke Salatiga... Pada waktu yang tidak direncanakan, Kris berkesempatan bertemu orang tua Yanti. Yakni saat adik Yanti diwisuda, Oktober 2017. (Hanya berselang tiga bulan sejak kami sepakat untuk berdoa bersama.) Kris turut bahagia atas perjuangan kuliah adik Yanti yang mencapai garis akhir.

Ada kejadian unik saat Kris hendak memberi ucapan pada adik Yanti yang wisuda. Aku masih memberi ucapan pada temanku, sedang Yanti mencari keluarganya. Saat itu ada teman Perkantas yang memberi ucapan selamat pada adik Yanti dan memperkenalkan diri sebagai Kris. Spontan, mama Yanti merespons "O, yang ini (teman dekatmu)?" (Yanti sudah memberitahu teman dekatnya bernama Kris. Ada dua Kris di Perkantas.)

Wah enak saja. Kris yang dimaksud belum datang, ibu... Spontan teman-teman Perkantas---yang sebagian juga Yanti kenal---tertawa saking gelinya. Aku merasa dirugikan!

Setelah salam-salam, kami beranjak ke studio foto di pinggiran Kota Salatiga. Ada kafe di dekatnya, Kris menunggu di teras bersama bapak Yanti. Kris diwawancarai oleh bapak Yanti, sedang mamanya di dalam. Di momen ini aku tak kalah canggung. Mau memperkenalkan diri sebagai siapanya Yanti? Pacar, bukan. Teman biasa ya bukan. Teman dekat lah ya...

Bapak Yanti menanyakan sejak kapan mengenal Yanti, ketemuanya di mana, dan banyak pertanyaan lain yang diajukan. (Sebelumnya Yanti sudah minta izin untuk berdoa bersamaku, dan sejauh cowoknya baik, orang tuanya mengizinkan.)

Canggung berhadapan dengan bapak Yanti | dokumentasi pribadi
Canggung berhadapan dengan bapak Yanti | dokumentasi pribadi

Tidak ada topik serius dalam obrolan dengan orang tua Yanti, karena memang tidak diagendakan. Saat masih bercakap dengan bapak Yanti, tetiba mamanya menyambung, "Kerja di mana?", "Rumahnya di mana?" Waduh... Pertanyaannya mulai menjurus nih.

Aku tidak mau bereaksi berlebihan karena memang masih berdoa bersama. Masih banyak kemungkinan terjadi dan perjalanan masih panjang. Jadi bersikap sewajarnya saja. Tidak ada yang Kris tutup-tutupi. "Pelayanan di lembaga PPA bu, sebagai koordinator," jawabku tegas, tapi agak bergetar. Grogi.

Puji Tuhan, 'serangan' mama Yanti tidak dilanjutkan. Maklum, kan tidak pernah mendekati anak cewek sampai bertemu orang tuanya, hihi... Kesan yang Kris dapat saat pertama bertemu orang tua Yanti adalah jika seorang lelaki dekat dengan anaknya harus tahu jelas identitas dan latar belakangnya. Ini sah saja, apalagi jika nantinya lanjut ke tahap pacaran.

Berfoto di depan Taman Sriwedari | dokumentasi pribadi
Berfoto di depan Taman Sriwedari | dokumentasi pribadi

Bapak Yanti mengisahkan perjuangannya sebagai petani di kampung dengan kehidupan yang sederhana demi menguliahkan anak. (Tak jauh beda dengan kisah ayahku.) Bisa menguliahkan Yanti dan adiknya nomor dua hingga keduanya lulus adalah anugerah Tuhan. Masih ada dua adik lelaki Yanti yang harus disekolahkan.

Dari kerut wajah dan kekar tangannya, Kris tahu bapak Yanti adalah pekerja keras. Proses yang panjang telah membentuknya menjadi pribadi yang tangguh, tidak menyerah dengan sulitnya kehidupan. Hasilnya, dua borunya (anak perempuan) bisa meraih gelar sarjana.

Bersyukur, sekalipun waktu itu belum pacaran, Kris berkesempatan berkenalan dengan bapak-mama Yanti. Kris ingin memberi kesan bahwa Kris bisa menjadi laki-laki yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya.

Sebulan berikutnya, bulan November, sebagai salah satu alumni PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) Semarang Yanti diundang sebagai pembicara retret mahasiswa Fakultas Kesehatan masyarakat (FKM) di daerah Bandungan. Kris tidak ikut sesi, karena tidak termasuk alumni. Setelah selesai, Kris menjemput untuk mengobrol dan makan malam. Perjumpaan yang sangat singkat namun berharga. Belum juga meredakan rasa kangen, Yanti sudah harus kembali ke Bogor.

Akhir 2017, bulan Desember Yanti kembali ke Jawa Tengah untuk menghadiri acara pernikahan temannya di Solo. Kris tidak dapat menemani resepsi karena ada pekerjaan di PPA yang tidak bisa ditinggalkan. Lagi pula kan belum pacaran.

Berfoto di salah satu sudut kota Solo | dokumentasi pribadi
Berfoto di salah satu sudut kota Solo | dokumentasi pribadi

Kris rela 'ngojek' demi Yanti, menjemputnya dari Solo untuk mampir ke Salatiga. Dalam perjalanan kembali ke Salatiga, kami sempatkan narsis di beberapa sudut di Kota Solo. Makan malam sebentar, lalu mengantar Yanti menginap di rumah temannya di daerah Ungaran sebelum kembali ke Bogor.

Meski singkat dan hanya sepenggal-sepenggal, Kris dan Yanti bersyukur bisa menikmati masa berdoa bersama yang sangat berkesan. Bisa mengantar-jemput Yanti untuk berbagi kabar, bisa bertatap muka dan saling mendoakan. Setidaknya kami pernah menjelajah beberapa kota. Kiranya Tuhan terus menuntun langkah kami. --KRAISWAN 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun