Bapak Yanti menanyakan sejak kapan mengenal Yanti, ketemuanya di mana, dan banyak pertanyaan lain yang diajukan. (Sebelumnya Yanti sudah minta izin untuk berdoa bersamaku, dan sejauh cowoknya baik, orang tuanya mengizinkan.)
Tidak ada topik serius dalam obrolan dengan orang tua Yanti, karena memang tidak diagendakan. Saat masih bercakap dengan bapak Yanti, tetiba mamanya menyambung, "Kerja di mana?", "Rumahnya di mana?" Waduh... Pertanyaannya mulai menjurus nih.
Aku tidak mau bereaksi berlebihan karena memang masih berdoa bersama. Masih banyak kemungkinan terjadi dan perjalanan masih panjang. Jadi bersikap sewajarnya saja. Tidak ada yang Kris tutup-tutupi. "Pelayanan di lembaga PPA bu, sebagai koordinator," jawabku tegas, tapi agak bergetar. Grogi.
Puji Tuhan, 'serangan' mama Yanti tidak dilanjutkan. Maklum, kan tidak pernah mendekati anak cewek sampai bertemu orang tuanya, hihi... Kesan yang Kris dapat saat pertama bertemu orang tua Yanti adalah jika seorang lelaki dekat dengan anaknya harus tahu jelas identitas dan latar belakangnya. Ini sah saja, apalagi jika nantinya lanjut ke tahap pacaran.
Bapak Yanti mengisahkan perjuangannya sebagai petani di kampung dengan kehidupan yang sederhana demi menguliahkan anak. (Tak jauh beda dengan kisah ayahku.) Bisa menguliahkan Yanti dan adiknya nomor dua hingga keduanya lulus adalah anugerah Tuhan. Masih ada dua adik lelaki Yanti yang harus disekolahkan.
Dari kerut wajah dan kekar tangannya, Kris tahu bapak Yanti adalah pekerja keras. Proses yang panjang telah membentuknya menjadi pribadi yang tangguh, tidak menyerah dengan sulitnya kehidupan. Hasilnya, dua borunya (anak perempuan) bisa meraih gelar sarjana.
Bersyukur, sekalipun waktu itu belum pacaran, Kris berkesempatan berkenalan dengan bapak-mama Yanti. Kris ingin memberi kesan bahwa Kris bisa menjadi laki-laki yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
Sebulan berikutnya, bulan November, sebagai salah satu alumni PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) Semarang Yanti diundang sebagai pembicara retret mahasiswa Fakultas Kesehatan masyarakat (FKM) di daerah Bandungan. Kris tidak ikut sesi, karena tidak termasuk alumni. Setelah selesai, Kris menjemput untuk mengobrol dan makan malam. Perjumpaan yang sangat singkat namun berharga. Belum juga meredakan rasa kangen, Yanti sudah harus kembali ke Bogor.
Akhir 2017, bulan Desember Yanti kembali ke Jawa Tengah untuk menghadiri acara pernikahan temannya di Solo. Kris tidak dapat menemani resepsi karena ada pekerjaan di PPA yang tidak bisa ditinggalkan. Lagi pula kan belum pacaran.