Ding dong ding, ding dong ding, lonceng berbunyi
Soraklah, soraklah Kristus t'lah lahir, hei!
Di atas adalah penggalan salah satu lagu Natal berjudul Ding Dong Lonceng Berbunyi (terjemahan dari Jingle Bells). Lagu ini menggambarkan sukacita besar karena Juruselamat dunia telah lahir.
Manusia hidup dalam belenggu dosa, konsekuensinya menerima maut (kematian kekal).
Penipuan, perampokan, keserakahan, pembangkangan, perzinahan, pembunuhan, pencurian, penyembahan berhala, korupsi, dan bentuk dosa lain mewarnai kehidupan manusia.
Tidak seorang pun dapat menyelamatkan diri akibat tindakan yang diperbuatnya sendiri. Tidak raja, bukan pejabat pemerintahan, orang baik, orang saleh, apalagi orang kaya. Satu-satunya cara adalah Allah harus datang menghampiri manusia ke dunia yang penuh dosa ini.
Allah datang dalam wujud bayi Yesus. Allah dalam wujud bayi, kok bisa? Karena Dia Allah, tidak ada satu pun yang mustahil, apalagi sekedar datang ke dunia yang Ia ciptakan.
Ia, Juruselamat dunia yang datang untuk menyelamatkan manusia tentu datang dalam kemewahan. Seperti tempat bersalin di The Portland Hospital in London, misalnya.
Rumah sakit ini memberikan layanan kebidanan yang sangat baik, seperti hotel. Layanan kamar 24 jam, perlengkapan mandi kelas atas, mal kecil pribadi dan santapan lezat.
Tersedia layanan pengumuman kelahiran di majalah Times, pemotretan anak setiap tahun hingga berusia 18 tahun dan keanggotaan di Portly Panda Club yang eksklusif.
Tak cukup di situ, orang tua dapat memesan pengecoran emas, perak, kristal timah atau perunggu untuk tangan dan kaki bayi yang baru lahir. Wow! Victoria Beckham, Princess Eugenie, dan Duchess of York memilih melahirkan di sini.
Tapi, alih-alih dalam kemewahan Juruselamat dunia ini memilih datang dalam kesederhanaan. Tidak seglamor artis-artis Indonesia maupun mancanegara itu.
Padahal kalau kita memperhatikan di pusat perbelanjaan, restoran atau hotel, ornamen dan hiasan Natalnya mewah. Pohon cemara raksasa, lampu gemerlap, pernak-perniknya meriah!
Kemewahan dalam menyambut hari Natal juga digambarkan dengan banyak makanan enak di rumah, kado, musik-musik ceria serta --yang sering kita tidak mau ketinggalan-- pakaian baru. Natal-tahun baru, artinya pakaian baru. (Nampak di hari raya lain juga begitu)
Kelahiran Sang Juruselamat, yaitu Yesus Kristus, sarat dengan kesederhanaan. Jauh dari kesan---bahkan bisa dibilang tidak layak dan penuh kesulitan---mewahnya bayi raja. Di mana saja potret kesederhanaan ini?
Pertama, lahir di kandang domba. Berlawanan dengan anak para artis, sang bayi raja ini justru lahir di kandang domba.
Waktu Maria mengandung, Kaisar Agustus (penguasa waktu itu) memerintahkan agar dilakukan sensus. Semua orang harus pergi ke kota asalnya masing-masing.
Yusuf dan Maria (orang tua Yesus) pergi dari Nazaret ke Betlehem. Dalam perjalanan, tibalah waktu Maria untuk bersalin. Karena semua tempat penginapan penuh, terpaksa Maria harus bersalin di kandang domba, di sebuah palungan tempat makan ternak.
Jangankan santapan lezat, bidan terbaik atau cor emas. Kandang domba yang kotor dan bau mewarnai kelahiran sang bayi raja.
Kedua, diburu oleh Raja Herodes. Herodes adalah penguasa Romawi di wilayah Yudea (tempat tinggal orang Yahudi).
Mendengar berita kelahiran raja orang Yahudi (Yesus) ia merasa terancam. Ia takut kedudukannya sebagai raja wilayah digantikan oleh bayi ini. Ia pun memerintahkan supaya semua bayi berumur dua tahun ke bawah dibunuh.
Ketiga, mengungsi ke Mesir. Akibat rencana pembunuhan bayi-bayi oleh Herodes, Yusuf dan Maria harus menyelamatkan diri. Atas petunjuk malaikat, mereka harus mengungsi ke Mesir sampai Herodes mati. Mengungsi membawa bayi yang baru dilahirkan bukan hal yang mudah.
Keempat, lahir di kota mungil. Betlehem adalah kota yang terkecil di Yudea. Dan engkau Betlehem, tanah Yudea, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel. (Matius 2:6) Juruselamat dunia lahir di kota kecil. Bukannya Ia tidak bisa memilih kota yang lebih besar, tapi Ia memilih kesederhanaan.
Kelima, dijenguk oleh gembala. Idealnya kelahiran seseorang akan dijenguk oleh keluarga dan kerabat. Bahkan para pejabat dan orang kaya karena yang lahir adalah calon raja.
Tapi karena lahir di dalam perjalanan, bayi Yesus justru dijenguk oleh orang lain. Yaitu orang-orang Majus dari Timur, para ahli bintang (kalangan cendekiawan). Mereka melihat bintang yang sangat terang di Timur sebagai petunjuk di mana bayi Yesus dilahirkan.
Berita kelahiran bayi Yesus juga disampaikan pada para gembala. Profesi ini adalah kalangan bawah yang tidak diperhitungkan masyarakat.
Pekerjaan rendahan. Tapi Allah melalui malaikatNya berkenan menjumpai para gembala untuk menyampaikan berita besar ini. Kelak, Yesus akan mendapat gelar Gembala Agung yang membimbing umatNya.
Semua kesederhanaan itu dipilih demi menyatakan kasih kepada manusia. KasihNya yang besar mendorong Allah untuk meninggalkan tahtaNya yang mulia untuk menghampiri dan menyelamatkan manusia dari jerat dosa.
Bagaimana dengan kita?
Seberapa meriah dan mewah Natal yang kita rayakan di rumah, di gereja maupun di lingkungan sekitar tempat tinggal?
Bersorak-sorai karena memeringati kelahiran Sang Juruselamat sah-sah saja. Dari uraian di atas, Natal bukan berbicara dengan pesta pora. Poinnya adalah kalau Allah sudah menyatakan kasih terbesar kepada kita, sudahkah kita meneruskan kasih itu?
Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka. (Matius 1:21)
Selamat Natal 2022 bagi Anda yang merayakan dan menyongsong tahun baru 2023. Kiranya kasih dan damai dari Kristus terus melimpahi hidup kita. --KRAISWAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H