Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #14

1 Desember 2022   15:08 Diperbarui: 2 Desember 2022   08:34 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Juli 2017, saat Kris liburan akhir semester, Kris berencana mudik ke Salatiga. Yanti juga berencana mengunjungi adiknya nomor dua yang kuliah di Salatiga. Waktu ini sekaligus menjadi kesempatan untuk Kris dan Yanti bertemu dan mengobrol. Baru delapan puluh hari, namun Yanti sudah akan mengungkapkan sesuatu pada Kris. Mumpung bertemu.

Kris mengajak Yanti ke Eling Bening, salah satu daerah resto-wisata yang baru hits di Ambarawa waktu itu. Ditemani dua botol air mineral, sepiring pisang goreng dan iringan live music kami mengobrol dan membagikan hasil doa masing-masing.

Yanti sampai membawa laptop untuk membacakan daftar pertanyaan pada Kris. Macam wawancara calon pegawai saja. Meski agak grogi, Kris bisa menjawab semua pertanyaan dengan lancar. Setelah dirasa cukup, Yanti menutup laptopnya dan menyimpulkan.

Yanti sudah mendapat beberapa konfirmasi dari Kris. Lalu, apa tahap selanjutnya? Apakah Yanti bersedia berdoa bersama Kris? (Tidak langsung pacaran ya, karena tahapan doa perlu waktu cukup panjang. Semua demi mendapat Pasangan Hidup yang sesuai kehendak Tuhan)

Tanggapan Yanti adalah... Ya, bersedia berdoa bersama. Puji Tuhan!  Aku sampai tidak tahu harus bagaimana mengungkapkan syukur, saking bahagianya. Bersyukur Tuhan izinkan aku mengalami progres dalam pencarian Pasangan Hidup. Tidak mudah, tapi berkat dan penyertaan Tuhan selalu ya dan amin.

Dalam mempersiapkan doa bersama, kami menyepakati beberapa daftar pokok doa untuk didoakan secara rutin, seminggu sekali. Kami merekap daftar pokok doa di Ms. Excel. Setiap akhir bulan, kami mengevaluasi doa mana yang sudah dijawab, mana yang perlu didoakan lagi dan menambahkan pokok doa lain di bulan berikutnya. Ini perlu komitmen dan kesetiaan, kami berjauhan.

Yang pertama-tama didoakan adalah hal-hal umum, seperti pengenalan pribadi, keluarga, budaya, maupun aktivitas masing-masing. Mulanya, Kris menganggap doa bersama ini bisa mengalir begitu saja, tidak perlu dibuat daftar. Padahal yang namanya doa bersama harus ada kesehatian dan kesepakatan.

Yang didoakan tidak lagi pergumulanku atau pergumulanmu, melainkan pergumulan bersama. Jujur, aku bukan orang yang disiplin berdoa. Saat mendoakan Yanti itu pun juga perlu perjuangan. Doa bersama ini bukannya terpaksa, tapi justru menjadi latihan bagi Kris supaya dalam relasi dengan Yanti bisa terus mengandalkan Tuhan melalui doa.

Selain doa bersama, kami juga menyepakati proyek doa puasa bersama seminggu sekali, yaitu tiap Senin. Puasa yang kami hayati tidak sebatas menahan haus dan lapar, tapi melatih supaya dalam segala kondisi kami bisa bersandar kepada Tuhan. Jam sahur dan bukanya juga lebih fleksibel. Biasanya jam 6 sahur, jam 6 sore berbuka. (Meski sering kali, kami sering kali sahur lebih dari jam 6)

Saat berbuka kami usahakan makan bareng secara virtual, sambil video call. Biar jarak jauh, tetap harus kompak dong. Tapi kalau Yanti pas lembur karena banyak kerjaan, terpaksa ya makan sendiri-sendiri.

Banyaknya tuntutan tugas di tempat kerja maupun dinamika dalam keluarga tak jarang membuat kami terpancing emosi akibat lapar dan haus. Jadinya gampang sensi dan ingin marah. Justru dari sinilah kami harus bisa mengendalikan diri.

Ini proses yang tidak mudah. Kris yang sudah berlatih puasa seminggu sekali sejak kuliah mudah saja menahan lapar. Tapi menahan emosi? Kadang gagal. Malahan makin ke sini, makin sering puasa makin kencang godaannya untuk uring-uringan.

Puasa versi kami terbilang unik. Pantang utama kami adalah makanan dan minuman berasa. Sesekali jika kondisi fisik sedang tidak fit, atau tenggorokan sedang bermasalah, kami tetap minum air mineral secukupnya.

Demikian pula petunjuk yang diberikan dalam Alkitab. Dalam puasa 40 hari 40 malam, dikatakan Yesus tidak makan. Tidak ada keterangan bahwa Yesus tidak minum. Beberapa ahli menafsirkan, kemungkinan besar Yesus minum dalam puasa. Jadi sesekali jika memang terdesak kami akan minum, karena puasa tidak sesempit hal makan dan minum. Ini keyakinan kami, Anda boleh setuju, boleh tidak.

Hasilnya? Kami mendapat peringatan batin setiap kali ada keinginan untuk berbuat dosa seperti marah, jengkel, iri, malas atau bentuk dosa lainnya. Kami juga bertambah peka untuk mengambil keputusan yang bijaksana dalam kondisi-kondisi sulit. Jika menghadapi pertengkaran atau gesekan, kami belajar untuk segera menyelesaikannya. Kami saling menerima masukan, dan dengan rendah hari memberi maaf. Masih belum sempurna memang. Untuk itulah kami perlu terus berlatih.

Ada pengalaman unik yang Kris alami di tempat kerja. Rekan-rekan kerja, khususnya wanita, sangat memperhatikan bobot dan bentuk badannya, jadi kalau makan suka pilih-pilih. Para rekan pria juga tidak mau kalah. Mereka berusaha sedemikian rupa untuk menjaga bentuk badan yang ideal.

Sedangkan aku, sudah badannya kerempeng, pakai acara puasa lagi. Banyak kalori yang hilang, jika tidak ditambah asupan yang sesuai kapan berisinya? Ada juga yang merasa iri, karena makan sebanyak apa pun, aku tetap kurus, hehe. Di balik semua pemandangan manusia, melalui doa puasa kami diingatkan bahwa kami manusia lemah dan memerlukan anugerah Tuhan setiap hari.

Selama masih bekerja di Surabaya, atas kemurahan Tuhan Yanti beberapa kali diizinkan main ke Salatiga tepat saat Kris libur sekolah. Hal ini sejalan dengan komitmen kami untuk mengusahakan pertemuan rutin minimal dua bulan sekali demi menambah pengenalan dan pertumbuhan relasi.

Selama doa bersama, Kris dan Yanti juga makin dibukakan tentang karakter masing-masing. Ibarat puzzle yang harus digabungkan potongan demi potongan, demikianlah pengenalan kami. Pertama-tama kami menyadari bahwa sebagai manusia kami memiliki kekurangan dan kelemahan. Ditambah dengan berbeda karakter, berlainan adat pula. Komitmen kami adalah bisa mengenal dan menerima calon pasangan apa adanya.

Yanti lebih ekspresif (tipe sanguin), sedangkan Kris cenderung pemikir dan memendam perasaan (tipe melankolis). Yanti lebih spontan dalam perkataan dan tindakan, sedang Kris serba sungkan. Seandainya masing-masing kami belum diubahkan, pasti akan terjadi banyak gesekan.

Puji Tuhan perbedaan itu sudah kami sadari sejak awal. Hal ini karena peran kelompok kecil (KTB) yang telah banyak memperlengkapi kami. Perbedaan pandangan atau nilai yang kami bawa dari keluarga asal kami diskusikan dan berikan toleransi.

Kami juga terbuka tentang kondisi keluarga kami. Perbedaan adat Batak dan Jawa tidak mudah untuk diterima. Namun tentu saja bisa dikomunikasikan serta didoakan. Itulah mengapa berdoa bersama menjadi babak yang sangat penting dalam proses pencarian Pasangan Hidup. --KRAISWAN 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun