Tahun politik di 2024 masih dua tahun lagi. Tapi hawa panasnya sudah menyebar ke banyak media dan kalangan. Beberapa di antaranya Partai Nasdem yang sangat percaya diri mengusung Anies Baswedan sebagai capres. Pemimpin yang hobi jualan agama dan membangun tugu ini sampai safari ke Medan.
Lalu PDIP yang masih menunggu titah sang ibunda, Megawati, yang berhak menentukan calon presiden. Sedang putrinya sendiri, Puan, ikhlas untuk menjadi capres.
Baru saja pemerintah Indonesia dipuji atas keberhasilannya menggelar rangkaian G20 dengan puncaknya di Bali. Negeri kita kembali berduka atas bencana gempa bumi di Cianjur pada 21 November lalu dengan korban meninggal 321 orang dan hilang 11 orang (kompas.com, 27/11/2022).
Hawa panas politik itu pun tak ketinggalan dilontarkan oleh Presiden Jokowi. Dalam acara temu relawan bertema Gerakan Nusantara Bersatu di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu 26/11/2022. Dalam acara tersebut, Jokowi menyebutkan kriteria pemimpin yang layak memimpin Indonesia. Apa saja kriteria pemimpin yang dimaksud Jokowi?
- Pempimpin harus menyadari mengenai keberagaman Indonesia, yang memiliki 714 suku, lebih dari 1300 bahasa daerah dan agama yang berbeda-beda.
- Pemimpin yang mengerti apa yang dirasakan oleh rakyat.
- Pemimpin yang tahu apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh rakyat.
- Jangan memilih pemimpin yang senangnya duduk di istana yang AC-nya dingin.
- Pemimpin yang senang dan mau turun ke bawah, mau merasakan keringat rakyat.
Sampai di sini, kriteria yang dimaksud Jokowi bersifat objektif. Harus diakui, banyak kriteria itu ada dalam diri Jokowi sendiri. Alih-alih congkak, Jowoki telah menjadi teladan yang nyata sebagai pemimpin yang menyentuh rakyat.
Jokowi melanjutkan, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mikirin rakyat. Dari muka dan penampilannya saja kelihatan. Pertama, banyak kerut di wajahnya, karena mikirin rakyat. (Wah, lha ini mulai subjektif) Ada juga yang mikirin rakyat sampai rambutnya putih semua. (Makin subjektif) Jokowi sampai mengulang kriteria fisik ini.
Jokowi mengingatkan, kalau wajahnya cling, bersih tidak ada kerutan, hati-hati. Kalau rambutnya putih semua artinya mikirin rakyat ini. Wajah Jokowi banyak kerutan, karena memang dia memikirkan rakyat. Kontras dengan pendahulunya. Tapi rambut putih, itu terlalu subjektif!
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai Jokowi menyinggung "pemimpin berambut putih" untuk suatu alasan yang jelas. Bagi Umam, Jokowi hendak memberi sinyal dukungan buat orang berambut putih untuk maju pilpres.
Siapa orang berambut putih yang dimaksud? Dari pantauanku ada Ganjar Pranowo, Hatta Rajasa, Basuki Hadimuljono, dan Zulhas. Zulhas ini tidak hanya rambutnya, jenggotnya pun sampai putih! Mungkin karena saking banyak pikiran, termasuk memikirkan putrinya dengan kampanye minyak goreng.
Dari daftar tersebut, siapa kiranya yang paling sreg dengan Jokowi? Hatta? Masa Zulhas? Basuki, rasanya tak minat jadi capres.
Konsolidasi relawan Jokowi, lanjut Umam, dinilai sebagai manuver politik untuk meneguhkan framing pentingnya mengusung Ganjar pada pilpres 2024. Padahal Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri  sudah memperingatkan dan melarang keras para kadernya untuk bermanuver terkait pencapresan 2024.
Langkah Jokowi ini dinilai offside seolah tidak memedulikan amanat Megawati di Rakernas PDIP Juni lalu. Umam menilai, kegiatan ini seolah dipaksakan di tengah masyarakat Cianjur yang masih berduka atas bencana gempa bumi. Jika terus dipaksakan, langkah Jokowi ini bisa menimbulkan reaksi keras dari PDIP, termasuk dari Megawati yang dilangkahi sebagai ketua partai.
Aku setuju. Dalam kapasitas sebagai presiden, rasanya tidak pas Jokowi bicara demikian, apalagi baru saja ada tragedi di Cianjur. Namun, ada sudut pandang lain yang layak disimak. Pembangunan dan transformasi yang dilakukan pemerintah Jokowi telah membawa banyak kemajuan di Indonesia. Dengan bermacam pembangunan infrastruktur maupun SDM. Termasuk pembangunan IKN di Kaltim.
Jika penerus Jokowi tidak sejalan dengannya, semua pondasi yang dibangun Jokowi bakal hancur berantakan. Maka perlu usaha aktif supaya estafet pembangunan di Indonesia terus berjalan. Semoga!
Ungkapan "pemimpin rambut putih" Jokowi ini mengerucut pada Ganjar, yang memang mencolok dengan rambut putihnya. Sebab, dalam rakernas V Relawan Pro Jokowi (Projo) Mei lalu, Jowoki berujar jangan terburu-buru perihal politik, sekalipun mungkin yang didukung hadir di tengah-tengah Rakernnas. Dalam acara itu, Ganjar yang rambutnya putih juga hadir.
Atas ucapan Jokowi tersebut, Ganjar justru menanggapi dengan mengunggah fotonya berambut hitam di Instagram, meskipun foto tersebut adalah foto lama. (Malah mirip Ari Wibowo, Pak!) Tak mau kalah, namun berlawanan dengan sikap Ganjar, Ridwan Kamil juga mengunggah fotonya berambut putih dengan caption menarik. Mungkin Kamil merasa dia capres yang layak. Tapi malah norak menurutku.
Apakah "pemimpin rambut putih" ala Jokowi yang bakal menerima tongkat estafet? Kelak, suara rakyat yang akan menjawab. --KRAISWANÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H