Diberi PR, siswa kasihan karena kebanyakan tugas. Tidak diberi PR, siswa hanya bermain gawai di rumah, lupa materi yang diajarkan di sekolah.
***
Pemkot Surabaya menghapus PR (Pekerjaan Rumah) bagi murid SD dan SMP, berlaku mulai 10 November 2022, bertepatan dengan Hari Pahlawan. Kebijakan pemda ini menimbulkan pro-kontra.
Bagi murid, jelas setuju karena bebannya berkurang. Namun, bagi orangtua bisa jadi kontra karena khawatir kalau anaknya hanya memainkan gawai di luar jam sekolah.
Mendikbudristek Nadiem Makarim menyambut baik wacana penghapusan PR ini. Namun sekolah tidak perlu memberi pekerjaan rumah yang banyak. Sebab bisa membebani murid, apalagi murid SD.
Lanjut Nadiem, sekolah harus bisa menyesuaikan bakat dan minat masing-masing siswa. PR yang diberikan pada siswa harus ringan, misalnya untuk meningkatkan kapasitas membaca. (Tapi apa jadinya kalau gurunya pun malas membaca...?)
Wacana penghapusan PR dikembalikan pada masing-masing Pemda. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengungkapkan, alokasi waktu untuk mengerjakan PR akan diganti dengan dua jam pelajaran untuk pendalaman karakter siswa. Misalnya pembelajaran selesai pukul 12.00 WIB, dilanjutkan pendalaman karakter hingga pukul 14.00 WIB.
Nah kalau begini cukup fair, jadi tidak ada pelepasan tanggung jawab dari pihak sekolah. Pendalaman karakter ini, dijabarkan Dispendik Kota Surabaya Yusuf Masruh, berwujud pembelajaran melalui pengembangan bakat masing-masing seperti melukis, menari, mengaji dan lainnya.
Eri menambahkan, meski ada PR tapi jangan terlalu berat dan banyak. Yang lebih penting adalah pertumbuhan karakter para murid. Penyelesaian PR siswa di jenjang SD dan SMP juga dapat dilakukan di kelas. Agar fresh katanya, saat anak-anak pulang tidak ada beban lagi. Kalau dikerjakan di sekolah namanya jadi PS dong ya (Pekerjaan Sekolah).