Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Beragam Jawaban Siswa saat Tes, dari Kocak sampai Bikin Kerut Otak

8 September 2022   13:10 Diperbarui: 11 September 2022   07:15 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi anak mengerjakan tugas. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Apa jadinya jika sedang mengerjakan tes Anda benar-benar tidak tahu jawabannya? Membiarkannya kosong? Menjawab asal, yang penting terisi? Curhat di kolom jawaban?

Tes atau ujian menjadi momok bagi anak. Meskipun beda zaman beda pula tren dan tekanannya. Dulu, kalau ada tes semesteran kita bakal begadang agar bisa belajar, menghafal materi dan rumus. Saat pelajaran harus menyimak penjelasan guru, kalau bisa tanpa berkedip barang seperempat detik.

Tak peduli jika lalat patroli bising di depan mata. Tak urusan jika tukang es menyalakan klakson "kikuk-kikuk" sekencang-kencangnya. Menyimak penjelasan guru adalah mutlak. Semua demi bisa mengerjakan soal-soal ujian, dan melampaui nilai KKM. Jika sampai nilai jelek membawa aib bagi orang tua. Malu pada teman.

Sekarang, zaman berganti. Kehadiran Google mendisrupsi dunia pendidikan. Guru bukan lagi satu-satunya sumur pengetahuan. Kadang murid tahu lebih banyak dibanding guru, semua karena Google. Belum lagi pengaruh Youtube, Instagram, Tik-tok dan medsos lainnya.

Masalahnya, bagaimana jika seorang anak sudah menyimak sampai tak bergerak, sudah belajar dari petang, malam hingga subuh, sudah membaca semua catatan; tapi tidak bisa mengerjakan soal? Hanya ada dua kemungkinan: otaknya yang tidak sampai, atau soal yang dibuat guru beda dengan yang diajarkan.

Alhasil, beragam jawaban anak bakal muncul dengan kreativitasnya. Misalnya saja seperti anak berikut.

Sumber: sumber: instagram/awreceh
Sumber: sumber: instagram/awreceh

Dalam suatu tes model soal isian, sang guru memberi perintah tertulis "Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar!". Polosnya si murid menjawab semua soal dengan kata "benar". Apakah si anak salah? Apakah gurunya terancam jantungan atau stres?

Barangkali pikir si anak, daripada tidak tahu mau diisi apa, diisi saja dengan kata "benar". Lagi pula bapak/ ibu guru memberi perintahnya begitu, "...diisi dengan benar". Hahaha...

Ada kasus lain. Dalam suatu tes IPA, jawaban anak salah pada semua nomor. Misalnya untuk pertanyaan Jika kamu menyimpan air di dalam frezzer lemari es maka... Jawab: dibuat es teh. Pembuluh nadi yang terbesar disebut... Jawab: nadia. Bayangkan, jika anda jadi gurunya piye perasaanmu?

Sumber: Screenshot/twitter.com/wahhabicc_jabar
Sumber: Screenshot/twitter.com/wahhabicc_jabar

Tidak dijelaskan kelas berapa dan di mana sekolah anak tersebut. Namun, potret tersebut menjadi evaluasi bersama baik pihak sekolah (guru) dan orang tua (murid). Jika dilihat sepintas, model soal yang dibuat guru adalah hafalan, tingkat terendah penggunaan otak menurut Taksonomi Bloom.

Jadi bahaya jika si anak lemah menghafal atau tidak suka teori. Soal-soal hafalan tidak membuat anak berpikir kritis, tidak punya kemampuan menalar. Sebab jika kalimat, teks atau gambar diganti, anak tidak bisa menjawab dengan benar. Bisa jadi jawaban yang ditulis adalah apa yang dihafalkan, bukan dari apa yang dipahami.

Maka, wahai bapak ibu guru yang budiman pencetak generasi bangsa, harap mulai tinggalkan atau kurangi model-model soal jenis hafalan ya. Selain itu dengan keberagaman kondisi dan kemampuan tiap murid, guru harus sabar, telaten menghadapi anak. Setiap anak unik, jadi harus ditangani dengan cara yang juga unik.

Minggu ini, di sekolahku dilakukan Penilaian Tengah Semester I. Berbeda dari tahun lalu, kali ini untuk muatan lokal seperti Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, dan Bahasa Jawa penilaiannya dalam bentuk asesmen. Jadi tes tertulisnya hanya mapel Pendidikan Agama, Sains, Tematik dan Matematika.

Dua hari setelah pelaksanaan tes, kami segera mengoreksi jawaban anak, batasnya hari Jumat. Kami menemukan jawaban anak yang aneh-aneh. Ada yang kocak, sampai menyebabkan kerut otak. Berikut ini beberapa di antaranya.

Dalam pelajaran Pendidikan Agama kelas 3, sang guru memberi soal "Tuliskan 3 nama binatang yang hidup di darat!" (Terkait peristiwa penciptaan alam semesta oleh Allah) Jawab: Saola, Singa atlas, Kumbang Herkules. Sang guru bingung, Kumbang Herkules itu hewan apa? Apakah anak ini terlalu banyak mengkhayal?

Sumber: dokumentasi pribadi/BRIAN
Sumber: dokumentasi pribadi/BRIAN

Padahal, Saola dan Kumbang Herkules memang benar ada. Bisa jadi si anak suka membaca ensiklopedi tentang makhluk hidup. Si guru kalah pengetahuannya.

Ki: Saola, Ka: Kumbang Herkules | Sumber: globalwildlife.org/Andrew Tilker via idntimes.com, indozone.id
Ki: Saola, Ka: Kumbang Herkules | Sumber: globalwildlife.org/Andrew Tilker via idntimes.com, indozone.id

Masih di pelajaran yang sama, sang anak menjawab "Tuhan di tangkap oleh polisi dan dia akan mati di atas cross." Kemungkinan gurunya memintanya menceritakan bagaimana kronologi sebelum Tuhan Yesus disalib. Tapi, Yesus bukan ditangkap polisi ya, Nak!

Beralih ke pelajaran Tematik kelas 3. Ada anak yang menjawab: "membantu mama menyabu." (Kemungkinan soalnya: Apa kewajibanmu di rumah?) Menyabu...? Apakah maksudnya sarapan bubur? Berarti membantu mama memasak bubur...? Ahaha, pastinya maksudnya "menyapu", mungkin salah tulis. Atau si anak sulit membedakan huruf 'p' dan 'b'...?

Yang tidak kalah kocak, ada anak kelas 6 yang menjawab soal dengan nyeleneh. Barangkali saking tidak tahu jawabannya. Topiknya adalah tentang negara-negara ASEAN. Gurunya memberi teks sebagai stimulus, lalu menanyakan "Apakah pembentukan IRRI sesuai dengan nilai-nilai Pancasila? Jika tidak apa alasannya? Jika ya, sesuai sila ke berapa, apa alasannya?

IRRI atau International Rice Research Institute merupakan Lembaga Penelitian Padi Internasional di Filipina yang dibentuk atas kerja sama negara-negara di Asia Tenggara. Jawaban anak: Sesuai sila ke-5 karena (alasannya yang bikin gemes) lambang dari sila ke-5 adalah padi. Mantul! Gurunya pasti bangga!

Padahal ekspektasi gurunya jawabannya adalah: sesuai nilai Pancasila yaitu sila ke-2 karena pembentukan IRRI merupakan bentuk kerja sama negara-negara di ASEAN. Atau jawaban yang sepemahaman dengan itu. Sang guru harus memanjangkan usus untuk menangani anak-anak seperti ini.

Demikianlan tantangan, seni dan hiburan menjadi guru. Saat mengoreksi jawaban anak, harus dengan pikiran terbuka. Kalau jawabannya kocak ya anggaplah hiburan. Jika jawabannya tidak familiar atau terkesan fiktif, harus mengerutkan otak (berpikir) untuk menyelidiki, siapa tahu gurunya yang kurang wawasan. Tanya Google, misalnya. --KRAISWAN 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun