Yang sanggup bertahan bukanlah yang paling kuat, melainkan yang paling adaptif
Aku menyukai kutipan di atas. Konon, dinosaurus (kalau memang benar pernah hidup di bumi) hewan raksasa terkuat justru tidak sanggup bertahan hidup dari hujan meteor jutaan tahun lalu.
Kuncinya bukan seberapa kuat, tapi seberapa mampu beradaptasi (adaptif).
Proses Belajar Mengajar di era pandemi Covid-19 juga memerlukan kemampuan adaptif. Situasi tak terduga, perubahan yang mendadak dan frekuensinya tinggi, ancaman pada kesehatan fisik, kesehatan mental, perekonomian dan di banyak bidang lain; semuanya memerlukan keterampilan adaptif.
Baru dua minggu dilakukan PBM tatap muka penuh, baru menikmati ritme yang baru, tetiba murid-murid di sekolahku harus kembali belajar online sebab ada anak yang positif Covid-19. Ibaratnya, kembali 'dikekang' pas lagi senang-senangnya belajar tatap muka.
Kembali belajar tatap muka, suatu kebahagiaan bagi murid
Hampir semua murid, pasti senang bisa kembali ke sekolah. Materi pelajaran bisa menjadi urutan ke sekian. Bertemu, bermain, mengobrol bersama teman dan guru.
Berlarian di lorong dan playground, menjajaki anak tangga, menginterupsi guru yang mengajar untuk ke toilet atau mengisi botol minum, atau bahkan sekedar untuk minum. Menyenangkan!
Para murid suka berkumpul dengan teman-temannya. Namanya juga makhluk sosial. Kembali belajar tatap muka jadi kebahagiaan tersendiri bagi murid. Kegiatannya lebih beragam dan leluasa berinteraksi langsung. Bisa menikmati makan siang bersama. Dan tentu saja, momen bel berdering saat pergantian pelajaran, istirahat atau jam pulang adalah yang paling dinanti. Ini baru sekolah!