Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #10

7 Juli 2022   20:17 Diperbarui: 7 Juli 2022   20:26 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak bisikan lembut itu, aku menggumulkannya lebih sungguh-sungguh dalam doa. Benarkah doi sosok calon PH-ku? Haruskah aku bertemu dengannya untuk mengutarakan isi hati?

Menjelang libur semester, Mei 2017. Pikirku, jika memang harus pergi, inilah waktu yang tepat. Aku libur beberapa hari, jadi waktunya longgar. Seandainya mendapat jawaban "Tidak", ada cukup waktu untuk menenangkan hati.

Bisikan yang datang padaku terlalu lembut. Tidak memberi jaminan apa pun. Aku masih dibayangi ketakutan dan trauma kalau ditolak lagi.

***

Suatu siang, doi sedang bekerja di kolam lele, waktu musim penghujan. Banyak lele yang mati karena siklus hidup anakan lele dipengaruhi tingkat keasaman air di kolam. Doi merasa lapar, sendirian pula. Dalam kondisi itu, doi mengakui di hadapan Tuhan bahwa dia tidak bisa mengerjakan semua sendiri.

Aku butuh pasangan hidup yang akan menjadi rekan sekerja

Dalam doa sekaligus "jeritan" itu, ada momen yang tidak akan terlupakan olehnya. Tuhan bakal mengirimkan sesosok manusia aneh lain dari sudut timur Pulau Jawa. Inikah orang yang menjadi jawaban doanya?

Seorang pemuda lajang, baru setahun bekerja di Surabaya, mau datang ke Bogor minta diantarkan jalan-jalan. Ada apa gerangan dengan kawan ini. Apakah di Surabaya tidak ada tempat jalan-jalan?

Doi baru setahun di Bogor, tidak banyak tahu tempat wisata di Bogor. Doi tetap terbuka pada si pemuda. Kalau memang benar datang, doi akan mengantarkan jalan-jalan. Kalau tidak jadi juga tidak masalah.

Doi merasa biasa saja, karena banyak teman-temannya yang datang berkunjung dan minta diantarkan jalan-jalan. Namun insting doi mengatakan, bakal ada sesuatu nih...

***

Menjelang keberangkatanku, ada dorongan sangat kuat bahwa aku harus menemui doi demi mendapat jawaban. Hari terus berganti, kurang beberapa hari sebelum liburan tiba.

Mau bagaimana pun, aku takkan tahu hasilnya jika tidak berangkat. Untuk menunjukkan kesungguhanku, aku datang menemuinya langsung. Bukan lewat chat atau telepon. Tapi, bagaimana jika ditolak?

Berani naksir lawan jenis, harus siap ditolak

Aku cek kembali harga tiket kereta. Harganya sudah mahal, hanya tersedia kelas eksekutif (harganya setara sebulan uang makan). Tapi keputusan harus diambil, sekarang atau tidak sama sekali.

Aku sudah melakukan analisis SWOT. Jika pergi dan ternyata ditolak, sayang biaya tiket yang mahal. Tapi jika tidak pergi, aku tidak tahu hasilnya. Pikiran bakal dihantui rasa penasaran. Maka, dengan penuh iman dan pengharapan, aku pun pergi. Aku tidak boleh tinggal dalam bayang ketakutan. Terlanjur basah, mencebur sekalian.

Surabaya-Bogor harus aku tempuh selama dua belas jam dengan kereta. Aku jauh-jauh "ngapelin" doi sekedar untuk mendapat konfirmasi, benarkah doi sosok Pasangan Hidup yang kudambakan?

Pasti menjadi kecurigaan doi, tak ada angin tiada hujan, tetiba aku ingin mengunjunginya. Padahal kami tidak pernah benar-benar akrab sebelumnya. Tidak pernah ada urusan pelayanan, kuliah, pekerjaan atau hal penting lainnya yang mengharuskan rutin bertemu. Tetiba aku ingin ngapel...

Bukan aku namanya kalau kurang akal. "Antar dan temani aku jalan-jalan ke Kebun Raya Bogor ya...", ujarku padanya. Modus. Lagipula aku memang belum pernah berkunjung ke kompleks tempat tinggal presiden ini. Jadi, selalu ada kesempatan di tengah kebuntuan, bukan?

Jumat sore, sepulangnya dari ngantor hari terakhir aku langsung bertolak menuju Stasiun Surabaya Gubeng. Aku tiba Sabtu pagi di Jatinegara, lalu oper KRL ke arah Bogor. (Doi yang memberi panduan) Inilah kali pertama petualanganku ke Bogor. Petualangan fisik dan hati, heyahhh... Doi masih tidak percaya bahwa aku betulan datang.

Di Stasiun Bogor. Ada kejadian unik yang aku alami. Begitu turun dari kereta, aku mendekat pada suatu tanaman peneduh. Tetiba ada kupu-kupu yang hinggap di tanganku. Adakah ini pertanda baik tentang misiku?

Doi sudah menungguku di pintu keluar dengan motor matic fasilitas dari mentornya. Sebelum bertatap muka dengannya, aku sempat dag-dig-dug. Bagaimana cara ngomongnya nih?

Kupu-kupu seolah menyambut kedatanganku | foto: KRAISWAN
Kupu-kupu seolah menyambut kedatanganku | foto: KRAISWAN

Aku grogi, harus memulai percakapan dari mana. Seperti kuceritakan sebelumnya, aku berani di chat, tapi ciut kalau tatap muka. Aku bertemperamen melankolis, tipe eksklusif dan kesulitan membangun relasi. Setelah bersapa secara kaku, aku menawarkan diri untuk memegang setang motor. Tidak elok kalau aku dibonceng cewek (pengalaman tidak menyenangkan waktu SMA).

Selama perjalanan, aku sempatkan berbasa-basi. Tak sanggup memikirkan selangkah ke depan, apa yang mau dibicarakan dengan doi. Untuk sedikit mengulur waktu, aku harus mencari cara. Sekitar pukul 08.00, waktu yang pas untuk sarapan.

Kami mampir di sebuah warung soto. Doi juga yang merekomendasikan tempat makan. Sambil menunggu pesanan, aku kepo tentang kesehariannya di Bogor. Saat sarapan, aku mempersilahkannya untuk terus bercerita. Tak lama isi mangkokku kandas, sedang mangkok doi masih penuh. Sampai dingin dan ujungnya tidak dihabiskan. Doi memang doyan cerita. (Salahku tidak memberinya jeda untuk makan)

Doi menceritakan panjang lebar kisah hidupnya, sejak lulus kuliah hingga akhirnya bisa "tersesat" di Bogor. Aku pun suka mendengarnya bercerita, jadi bisa menambah pengenalanku tentang doi.

Selesai sarapan, kami melanjutkan perjalanan menuju rumah kontrakannya, berjarak sekitar 30 menit. Aku perlu menumpang mandi sebelum jalan-jalan. Sekalian mencari tahu, seperti apa kondisi "kampus" yang pernah diceritakannya. --KRAISWAN 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun