Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Don't Worry Beach Happy, Kesempatan Santai di Pantai

28 Juni 2022   14:19 Diperbarui: 28 Juni 2022   14:56 1204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berpose di halaman Obelix Hills | dokumentasi pribadi

"Need Vitamin sea." Kalimat itu pasti pernah anda lihat di story atau beranda medsos teman anda, atau justru beranda anda sendiri. Bisa jadi, kalimat itu merepresentasikan kehidupan yang kurang piknik.

Pantai (sea) menjadi salah satu tempat piknik kebanyakan orang. Gulungan ombak membiru, pasir yang lembut, hembusan angin sejuk dan deburan air laut yang menerpa wajah terasa menyegarkan.

Kapan terakhir kali anda piknik? Sedang saat ini pemerintah sudah melonggarkan masyarakat untuk piknik. Selain demi memulihkan kondisi perekonomian di bidang pariwisata khususnya, juga demi merawat kesehatan mental masyarakat. Jika anda stres karena setiap hari bekerja, artinya anda kurang piknik.

Di akhir tahun ajaran 2021-2022, yayasan tempatku bekerja membuat program gathering sebelum libur. Gathering ini mengambil tema "Don't Worry, Beach Happy". Tak usah khawatir, ke pantai saja biar hepi. Kira-kira begitu makna bebasnya. 

Dari temanya sudah jelas, tujuan utamanya adalah ke pantai. Kami berkumpul dari jam 05.30 WIB di depan sekolah, jam 06.00  WIB berangkat menggunakan satu bus dan satu mobil travel. Dengan laju lambat, empat jam kemudian kami tiba di Pantai Sepanjang, Gunung Kidul, Jogja sekitar pukul 10.00 WIB.

Setelah sekian tahun, akhirnya pantai....! (Meski aku bukan penggila pantai, senang juga bisa piknik ke pantai.)

Rombongan gathering ke pantai | dokumentasi pribadi
Rombongan gathering ke pantai | dokumentasi pribadi

Di pantai si acara menyiapkan beberapa games untuk mengakrabkan peserta. Peserta dibagi menjadi enam kelompok, masing-masing tujuh orang. Tiap kelompok harus memilih nama kelompok, yaitu mengambil nama negara-negara di dunia.

Games pertama, tiap kelompok harus membuat yel-yel yang merepresentasikan nama kelompok. Kedua, kelompok harus membuat gerakan dhingkleek oglahk-aglihk sambil menyerukan yel-yel. (Pikirkan, tujuh orang membentuk formasi dhingkleek oglahk-aglihk saja sudah susah, apalagi ditambah menyanyikan yel-yel.)

Ketiga, kami harus membawa sendal ke tepi pantai. (Mau buat apa nih, dilempar ke laut?) Sendal ini nantinya ditaruh sebagai "patok" di lima titik untuk estafet. Syaratnya estafetnya harus berdua, melompat hanya memakai satu kaki. Apakah semua berhasil? Tidak, banyak yang limbung. Just for fun. Santai...

Setelah ketiga games dilakukan, kami diberi waktu bebas untuk bermain. Bermain apa nih, secara aku jarang ke pantai. Lagipula malas jika basah kena air laut, lengket dan penuh pasir. Atas tingkah dua rekanku aku jadi ingin ikutan. Mereka berbaring menjorok ke arah laut, menunggu disapu ombak.

Sudah tua kok mainan begitu? Ya kan orang dewasa juga perlu bermain air. Akhirnya beberapa guru juga ikutan, berbaring di permukaan pasir, menunggu diselimuti ombak. Byuuuurrr!!! Segar. Menyenangkan. Untuk sesaat, beban hidup serasa lepas dihempas gelombang, hoho...

Asyik menikmati games di tepi pantai | dokumentasi pribadi
Asyik menikmati games di tepi pantai | dokumentasi pribadi

Menjelang jam 1 siang, kami segera mandi dan beberes. Pengelola pantai menyediakan kamar mandi dan toilet. Untuk layanan mandi hanya dipatok harga Rp4.000,00. Tidak banyak peserta yang bermain air laut, jadi tidak antri kamar mandi. Lagi pula jumlah kamar mandinya banyak.

Cacing-cacing perut kami sudah berteriak minta diberi makan. Berjarak sekitar 10 menit dari pantai, kami menyantap ikan bakar dan es teh. Siang-siang begini, habis mandi di pantai, syegerrr!

Destinasi berikutnya adalah Obelix Hills, berjarak satu jam dari rumah makan. Area wisata ini merupakan kawasan perbukitan yang menyajikan beberapa spot foto dengan kenampakan sawah dan perbukitan di bawah sana. Bagi orang perkotaan, wisata ini dibilang menarik. Bagiku, biasa saja karena di dekat rumahku juga ada. Bedanya, di sini ada live acoustic music.

Berpose di halaman Obelix Hills | dokumentasi pribadi
Berpose di halaman Obelix Hills | dokumentasi pribadi

Aku hanya mengambil beberapa spot foto, menikmati pemandangan senja dan menyantap ayam bakar sebagai menu makan malam. Asik memang, bisa makan sambil nongkrong menikmati senja serta iringan musik. Namun, akses untuk menjangkau tempat ini agak repot, khususnya yang rombongan dengan bus.

Dari tempat parkir bus, peserta harus oper mobil berkapasitas tujuh orang untuk pergi dan pulang. Satu sisi agak ribet, apalagi jika bareng dengan rombongan lain. Di sisi lain, sistem ini menggerakkan perekonomian sekitar. Yakni memberdayakan warga yang punya mobil untuk menjadi pengantar.

Menikmati senja di Obelix Hills | dokumentasi pribadi
Menikmati senja di Obelix Hills | dokumentasi pribadi

Setelah makan kenyang dan puas berfoto-foto, kami segera pulang. Pintu keluar dikondisikan melewati toko oleh-oleh makanan ringan, utamanya bakpia. "Rombongan Salatiga, sebelah sini ya!", suara para driver siap mengantar kami kembali ke parkiran bus. Kami siap untuk tidur, hahaha...

Kalau kamu, sudah piknik ke mana? --KRAISWAN 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun