Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #8

19 Juni 2022   19:46 Diperbarui: 7 Juli 2022   20:24 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernah bersama-sama ikut kamp nasional di Jakarta, foto bersama peserta dari Jateng | dokumentasi pribadi

Baca juga: Beda Adat, Siapa Takut? #7

Doi sudah sibuk bekerja sebagai asisten ahli lingkungan hidup di Semarang, sedangkan aku masih bergelut dengan tugas akhir. Sesekali aku yang menanyakan pekerjaannya, sekadar untuk menjalin komunikasi.

Pada momen persiapan wisudaku, kami tidak sengaja bertemu di kampus UKSW. Doi mau mengantarkan adik perempuannya (nomor dua) ke perpus untuk mencari referensi buat tugas akhirnya. Kami hanya saling sapa, basa-basi. Padahal saat itu sudah saling bertukar topik doa. (Inilah asliku sebagai cowok culun. Beraninya di chat, kalau ketemu ciut).

Selain itu memang aku buru-buru ke gedung administrasi pusat untuk mengurus wisuda. Padahal, kalau mau mengobrol (mumpung ketemu) juga bisa. Mau mengobrol tentang apa, aku tidak tahu. Mau lama-lama bertatap muka dengan doi secara langsung juga tidak ada nyali. Waktu itu doi mengenakan kaos oblong dan topi. Serius, tidak lebih menarik dibanding caranya berpakaian saat muncak ke Merbabu.

Lalu dengan kemurahan Tuhan, awal 2016 aku diwisuda juga, puji Tuhan! Keberhasilanku tak lepas dari doa dan dukungan orang tua, saudara KTB, teman kuliah, termasuk doi. Bersyukur aku boleh menyelesaikan studi walaupun molor. Wisudaku disaksikan oleh keluarga, teman-teman dan saudara KTBku. Tidak ada lawan jenis spesial yang bisa diajak berfoto (senasib dengan doi).

Setelah aku diwisuda doi menganggap urusannya denganku sudah kelar. Jadi doi tidak pernah menanyakan pokok doa padaku lagi. Malah aku yang merasa kehilangan, seperti orang sakit rasanya. Maka demi mengobati, aku mengirim doi pesan via WA, "Kamu kok tidak pernah menanyakan pokok doa lagi?" Ada yang kangen ditanyain pokok doa nih ye...

"Oh iya, mau didoain apa?", balas doi. Jadilah komunikasi kami berlanjut seputar kesibukan doi (saat itu sudah pindah ke Bogor) dan pergumulan Kris untuk mencari pekerjaan. Kalau niat, selalu ada bahan untuk berkomunikasi, meski hanya lewat chat. Dari komunikasi yang makin intens ini, sedikit demi sedikit menambah pengenalanku dengan doi. --KRAISWAN 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun