Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ujian Membuat SIM di Indonesia: Ini Uji Kompetensi atau Atraksi?

26 April 2022   09:58 Diperbarui: 26 April 2022   10:44 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbedaan ujian SIM di Indonesia dan Taiwan | foto: IG/dtech.engineering

Kapan lalu aku mengantar istri ke Poltas guna memperpanjang masa berlaku SIM. Namun aturan terbaru mewajibkan jika mengurus SIM melewati masa berlakunya, harus membuat baru.

Sudah dua tahun ini (sejak 2021), SIM C istriku kedaluwarsa. Sebab pertama, waktu itu istri sedang hamil, aku tak mengizinkan mengendarai motor, ternyata malah kelewatan. Kedua, mobilitas istri sebagai ibu rumah tangga terbatas. Kalau pergi belanja/ periksa aku yang mengantar. (Suami idaman, hihi)

Saat situasi pandemi mereda (anak kami sudah berumur 3 bulan), aku mengantar berbelanja ke pasar, istri sambil menggendong si bayi. Jika si bayi masih lelap istri yang pergi, aku menjaga bayi. Beberapa kali ada polisi berjaga di jalan, istri senewen karena SIM habis masa berlaku.

Kamis 14/4/2022 istri meminta diantarkan membuat SIM baru. Aku yang akan menggendong si kecil. Setelah mengisi formulir dan mengikuti prosedur sekitar sejam, ujian teori (syukur, lulus), hingga pengambilan foto, istri diminta datang dua hari lagi, Hari Sabtu untuk ujian praktik.

Ujian praktik ini yang bikin dag-dig-dug-ser! Secara, istri jarang mengendarai motor. Doi makin pusing melihat medan ujian praktik serupa halang rintang untuk motocross.

Ini mau uji kompetensi atau atraksi?

Kita baru saja memperingati Hari Kartini. Kaum perempuan mendapat hak dan kedudukan yang setara dengan laki-laki. Kaum perempuan juga dikenal sebagai makhluk serba bisa, bahkan "penguasa" rumah, khususnya dapur. Tapi, tidak semua hal bisa dilakukan perempuan, halang rintang di Poltas ini misalnya.

Di Instagram juga viral video yang membandingkan proses pembuatan SIM di Indonesia dengan Taiwan. Bikin gemes, berbeda jauh kejelasan tujuan pihak kepolisian melaksanakan ujian pembuatan SIM. Anda boleh menontonnya sebagai hiburan (di sini). 

Perbedaan ujian SIM di Indonesia dan Taiwan | foto: IG/dtech.engineering
Perbedaan ujian SIM di Indonesia dan Taiwan | foto: IG/dtech.engineering

Bisa jadi hanya polisi yang bisa melewati lintasan tanpa menjatuhkan pembatas. Mereka pun perlu bertahun-tahun latihan. (Kebayang malunya kalau pembatasnya jatuh.) Sedang kaum emak-emak membedakan kiri dari kanan saja tidak tahu.

Medan ujian prakti pembuatan SIM, serupa halang rintang motocross | foto: KRAISWAN
Medan ujian prakti pembuatan SIM, serupa halang rintang motocross | foto: KRAISWAN

Dari pengalaman mengantar istri, berikut pendapatku tentang ujian pembuatan SIM C di Indonesia. (Hal pembuatan SIM A pun tak jauh beda)

Materi ujian praktik tidak relevan

Medan ujiannya kira-kira 5-6 kali lapangan voli. Ada marka khusus yang membentuk jalur tertentu. Dua jalur di antaranya adalah zig-zag dan angka delapan (8). Di setiap marka diberi pembatas (bongkar-pasang) setinggi sekitar 30 cm berupa segitiga orange, lainnya silinder besi.

Pembatas besi ini kalau jatuh, menyebabkan nasi padang di depan mata pun bisa kehilangan daya tariknya. "Klonthaanggggg!", lebih lantang dari usaha pande besi. Semakin sering terdengar bunyi besi menghantam aspal, makin besar peluang peserta ujian mengulang.

Di jalan raya yang dihadapi pengendara adalah bus, truk, truk gandeng, ambulans, truk Pertamina, emak-emak sein-kiri-belok-kanan, hingga bocah ingusan tak memakai helm; bukan pembatas orange/ besi putih-hitam. Di mana relevansinya?

Kata polisi, nantinya akan ada praktik di jalan raya juga. Tapi tetap, lintasan halang rintang itu tidak relevan. Tidak berguna. Pantas saja presentasi kecelakaan sepeda motor masih tinggi.

Pak Kapolri dan/atau pejabat berwenang, tidak berniat melakukan inovasi ujian SIM kah?

Miniatur lalu lintas di Polres | foto: KRAISWAN
Miniatur lalu lintas di Polres | foto: KRAISWAN

Waktu menunggu istri, aku berjalan-jalan di (kukira) taman sekitar Polres. Ternyata adalah miniatur jalan raya yang memuat beberapa rambu, lampu lalu lintas, persimpangan dan zebra cross. Tapi tidak pernah dipakai ujian. Lalu apa gunanya? Mungkin untuk hiasan seperti taman di sekolah-sekolah.

Hanya polisi khusus yang bisa lulus

Menurut Anda, apakah semua petugas polisi, khususnya di Poltas, melewati ujian praktik ini demi mendapat SIM? Aku rasa tidak. Beda kelas dengan rakyat jelata. Itulah aku sebut hanya polisi khusus yang bisa lulus.

Orang awam, apalagi emak-emak tidak masuk hitungan. Kalau pun ada yang bisa lulus, hitungan jari. Tak mau repot. O, tentu saja ada satu lagi yang bisa lulus, yakni Valentino Rossi yang telah pensiun dari tarik gas.

Menggiring psikis supaya "nembak"

Kalau diringkas, ujian praktik membuat SIM ini MEREPOTKAN. Memangnya tidak ada hal lain yang perlu dikerjakan? Hanya orang kurang kerjaan yang mau ikut ujian sesuai prosedur.

Supaya tidak repot, jalan yang bisa ditempuh adalah "nembak". Aku tidak tahu apakah "nembak" ini masuk kategori kolusi. Yang jelas, hingga sekarang masih ada. Selain itu bisa juga memakai jasa makelar.

Salah seorang temanku (dan dijalani orang kebanyakan) menempuh jalur makelar. Temanku ini sudah niat ingin ikut ujian. Begitu turun dari mobil, dia langsung "ditempel" orang, menawarinya jasa "pasti beres". Syaratnya gampang, cukup memberikan sejumlah uang.

Temanku tetap masuk ke ruang foto dan ruang ujian teori. Di dalam ruang ujian, polisinya menyuruh temanku segera ke loket depan, SIM akan segera dicetak. Tidak mengerjakan tes? Tidak. Peserta lain akan melihat temanku ini seolah-olah mengerjakan tes. Menggiurkan?

Jika sudah ikut ujian berkali-kali tapi tak kunjung lulus, daripada frustasi, psikisnya akan digiring agar "nembak". Daripada kena tilang di jalan, makin repot. Tapi ada juga kelompok kecil manusia yang harus menjalani tes selama setahun baru lulus. Seperti dijalani seorang temanku. Jadi tiap bulan ujian praktik, wkwk.

Penutup

Istri mengikuti prosedur pembuatan SIM C bukannya tanpa kerjaan. Mengurus si bayi, perihal rumah tangga yang tiada habisnya. Lalu kenapa merepotkan diri? Kami hanya berusaha patuh, tidak takut tes, tidak takut gagal, toh biayanya gratis.

Menurutku, materi ujian praktik tidak relevan dengan kondisi di lapangan. Jadi sudah seharusnya dilakukan berbagai inovasi. --KRAISWAN  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun