Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Relevansi Pepatah "Jangan Bangun Siang, Nanti Rezeki Dipatok Ayam"

16 April 2022   23:06 Diperbarui: 16 April 2022   23:08 3353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rezeki dipatok ayam | foto: flickr via wartakota.tribunnews.com, pexels via katadata.co.id, olah: KRAISWAN

Dulu, waktu mahasiswa aku suka menyepelekan pepatah tersebut yang diucapkan orang tuaku. Biasa, sebagai mahasiswa merasa bebas menjalani hidup. Memakai kaos dan celana rombeng ke ruang kuliah, rambut gondrong, dan... bangun siang.

Sebenarnya boleh saja mahasiswa bangun siang, apalagi jika banyak tugas, lembur praktikum atau pengolahan data penelitian yang butuh waktu pengerjaan hingga larut. Tapi jika ini menjadi agenda harian, namanya keterlaluan.

Kini setelah menikah dan punya anak, dengan kadar kebebasan kian menipis, pepatah di atas masih relevan, tetap berlaku. Akhirnya aku mengakui, nasihat orang tua ada benarnya.

Dua hari di akhir pekan, kantorku libur, dalam rangka perayaan Paskah. Kemarin lusa kami mengikuti ibadah Kamis Putih secara daring, selesai sekitar jam 8 malam. Besoknya, kami memperingati Jumat Agung, ibadahnya dilaksanakan pukul 15.00 WIB. Sehingga, dengan kesepakatan lisan kami memutuskan bangun siang.

 Kemarin pagi (Jumat) istri berencana memasak bakso (maaf, kami tidak puasa makan). Salah satu bahan pendukung yang belum dibeli adalah sawi. (Bakso tanpa sawi ibarat sayur tanpa garam. Pucat.) Sekitar pukul tujuh, abang tukang sayur langganan lewat, "Sayurrr...", nada cemprengnya khas. Pas kami membuka mata, punggung masih terlalu berat dipisah dari kasur.

Demi mendapat sensasi utuh menikmati bakso, istri bela-belain akan ke swalayan dekat kota untuk belanja sawi, aku menjaga si kecil. (Emansipasi, bro!) Namun niat itu dipatahkan. Sekitar dua puluh menit kemudian, abang tukang sayur lain menyalakan klason, "bim bim!".

Di sinilah kami merasa rezeki dipatok ayam karena bangun siang. Ada setidaknya empat tukang sayur di kompleks kami, tiga memakai motor, satunya menggendong keranjang. Langganan kami, abang yang lewat jam tujuh itu. Meski begitu, istri juga belanja dari tukang sayur lain.

Nah, abang sayur yang klaksonnya "bim bim" ini menurut istri harganya mahal. Misal, sawi di pasar umumnya Rp 6.000 paling mahal, di abang ini Rp 7.500! Selisih Rp 1.500 ini sudah besar buat emak-emak. Ya khan, bunds? (Di tukang sayur lain tidak semahal itu)

Oleh sebab bangun siang itulah, rezeki kami dipatok ayam. Sebab jika bangun lebih awal, bisa belanja di abang sayur langganan, anggaran belanja tidak harus ditambah Rp 1.500. (Analisis kualitatif)

"Rezeki dipatok ayam" juga bisa dialami kalangan lebih luas. Misalnya, penjual di pasar pagi. Para penjual sudah mulai menyiapkan dagangan sejak jam 1 dini hari. Jam 3 para tengkulak dan pembeli mulai berdatangan, Jam 6.30 sirine pasar mulai melengking, tanda harus segera bubar. Bayangkan jika penjual datang jam 5 atau enam pagi. Dipatok ayam rezekinya, pembeli sudah pada kabur.

Contoh lain adalah mahasiswa. Waktu kuliah aku mengenal istilah mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang), yang dikomparasi dengan mahasiswa kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat). Si kura-kura dianggap lebih baik karena terlibat organisasi, lebih produktif mungkin. Tapi... banyakan rapat dan agenda organisasi, studinya keteteran juga rezekinya dipatok ayam. Teman-teman, bahkan adik angkatan sudah wisuda, situ masih pusing mengerjakan proposal tugas akhir. Menggagas judul pun tak berani, wkwk.

Anda mendambakan sosok teman hidup yang ideal, yang paling sempurna. Padahal tidak ada manusia yang sempurna. Setiap orang punya kekurangan, yang bisa dilengkapi oleh pasangan yang tepat. Karena terlalu selektif, orang yang mungkin pernah menaruh perasaan pada anda malah sudah menikah dan punya anak. Rezeki dipatok ayam.

Menulis artikel ini kesiangan juga berpotensi rezekinya dipatok ayam. Makin minim pembaca dan kadar aktualnya, hihi.

Akan ada banyak contoh lain bisa disebutkan. Prinsipnya, supaya si ayam tidak mematok rezeki kita, hendaklah hidup dengan sat-set (cekatan). Jangan berdiam pada zona nyaman. --KRAISWAN

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun