Suatu pagi langit bermuka suram, hari Minggu. Seorang lelaki muda menyapa tetangganya depan rumah yang sedang mencuci motor. Si tetangga menanggapi, "Saya ini kan sudah tua, Mas. Kalau badan tidak dibuat bergerak, apalagi mendung begini jadinya ngantuk, malah sakit badannya."
Diketahui, si tetangga ini seorang pensiunan swasta, punya dua anak dan satu cucu. Bisa dibilang, anak-anaknya mulai mapan. Namun, ada rasa was-was jika di usianya tidak bisa (tidak tahu) melakukan apa-apa. Bukankah pengalaman si tetangga banyak dialami mereka yang sudah pensiun?
Senada dengan pengalaman si kakek, ada cerita menarik tentang nelayan dan pengusaha muda. Anda pernah mendengarnya bukan? Aku akan mengulasnya sedikit, kurang lebihnya begini.
Seorang pengusaha muda yang kaya raya sedang berlibur di daerah pantai. Suatu hari menjelang siang, ia berjalan-jalan di tepi pantai dan melihat seorang nelayan tua yang bersusah payah mencari ikan.Â
"Sebaiknya anda membeli kapal," ujar si pemuda. "Untuk apa anak muda? Perahuku masih sanggup mengarungi lautan buat menangkap ikan." "Jika anda memakai kapal, akan mendapat tangkapan lebih banyak," lanjut si pemuda.
"Jika begitu, apa yang harus aku lakukan, sedang hasil sekarang ini sudah cukup untuk kebutuhan keluargaku." Si pengusaha tak menyerah, "Jika mendapat banyak tangkapan ikan, anda bisa membuat industri pengalengan ikan yang besar!" "Untuk apa aku melakukan itu?"
"Jika anda mendapat banyak uang, anda bisa meraih apapun yang anda inginkan! Membeli barang-barang mewah, berlibur, menikmati pantai yang indah, menangkap ikan..." "Apa kau tidak melihat, anak muda? Untuk apa aku bersusah-susah seperti itu, sedangkan aku sudah menikmatinya sekarang?" Si pemuda pergi, merasa kalah.
***
Terkadang kita berpikir selagi masih muda, waktu badan masih sehat, tenaga masih banyak, harus bekerja sekeras-kerasnya supaya bisa menikmati hidup di hari tua.Â
Pemikiran ini tentu tidak salah. Namun, untuk apa membebani diri dengan berbagai persoalan, jika sedari dini kita bisa menikmati hidup seperti si nelayan?
Aku pernah berpikir, mumpung masih muda ingin berkelana menjelajahi banyak tempat, menaklukkan dunia kalau perlu. Lalu, kelak setelah tua ingin merenungi dan menikmati hidup dengan menulis. Lhah, kenapa harus menunggu tua baru menulis? Pola pikirku pun perlahan diubahkan.
Jujur, aku bahkan tidak sempat memikirkan hari pensiun. Sebab, kesusahan sehari cukup untuk sehari. Hari pensiun nanti punya kesusahannya sendiri.Â
Berikut ini 3 tips bisa ditekuni sejak dini, berharap kelak bermanfaat saat pensiun. Syukur jika pasangan masih sehat menemani.
1) Menulis
Ada orang yang profesinya sebagai penulis. Ada pula yang diwajibkan oleh sekolah/ kampus untuk menulis. Ada yang menghayatinya sebagai kebutuhan atau sekedar hobi. Ada juga yang mengklaim menulis sebagai passion, sehingga ada yang kurang dalam hidupnya jika tidak menulis.
Apa pun itu, aku sendiri merasakan ada banyak manfaat dari menulis, maka aku terus mengerjakannya. Membebaskan jiwa, merawat nalar, memahat gagasan, menebar inspirasi dan membagikan kebaikan adalah beberapa manfaat menulis.
Nah, sekiranya menulis juga bisa memberi manfaat bagi Anda, yuk tekuni sejak dini. Siapa tahu (dan pasti) berguna  di masa pensiun nanti.
2) Memulai usaha kecil
Tips kedua, hal yang bisa dikerjakan sebelum masa pensiun adalah memulai usaha kecil. Aku mengenal beberapa orang yang dulunya pegawai, lalu resign dan memulai usaha kecil. Dari usahanya ini, ia bisa memberi manfaat bagi orang lain dan menikmati hidupnya.
Tetangga si pemuda di awal artikel ini, mengaku "tidak melakukan apa-apa", padahal punya banyak usaha. Membersihkan kebun orang, jual-beli tanah dan memproduksi keripik pisang. Terkini, si kakek ini baru saja membeli sepeda motor seken dari seorang dosen. Kalau ada yang minat, dijual, lumayan dapat sedikit tambahan.
Aku dan istri menekuni industri makanan dan minuman herbal. Aku belum berhasil karena kurang modal. Tapi pengalamannya itu lho, menambah banyak wawasanku. Kini aku mendukung istriku dalam usaha minuman herbalnya. Meski masih kecil, melakukan usaha memberi kepuasan tersendiri. Jika belum ada, mulailah mencari usaha sampingan. Anggaplah untuk mengisi waktu luang.
Baca juga:Â Dari Pegagan, Tertunda jadi Juragan
3) Berkebun
Bagi sebagian orang, merasa lebih tenang dan nyaman saat mendekatkan diri pada alam atau hal-hal terkait. Mereka menyebut dirinya naturalis. Aku dan istri termasuk kelompok ini. Dulu sebelum pandemi dan belum menikah, kami biasa hiking ke gunung atau menjelajahi kawasan air terjun.
Kini, di masa pandemi, kami lebih banyak bercocok tanam di dalam pot/ polibek. Rimpang-rimpangan seperti jahe, laos, kunyit, kencur wajib kami tanam. Selain itu, daun jeruk purut, pandan, sereh dan kemangi yang sering dipakai bumbu masak juga kami tanam. Puas rasanya saat mau memasak bisa panen dari "kebun" sendiri. Meski hanya dalam pot, jiwa-raga jadi senang merawat tanaman.
Bagaimana dengan Anda? Sudah punya rencana kegiatan untuk pensiun? Semoga 3 tips di atas menstimulus agar makin produktif sejak dini. --KRAISWANÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H