Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jokowi: Menteriku Sayang, Teguranku Melayang

1 April 2022   22:38 Diperbarui: 1 April 2022   22:40 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk kesekian kalinya, publik kembali menyaksikan Presiden Jokowi marah-marah. Sudah tua kok ya suka marah-marah to, Pak. Capek nanti...

Jokowi menyampaikan teguran langsung bernada pedas pada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Menteri BUMN Erick Tohir. Sebab, jajaran kementrian itu masih menggunakan produk impor dalam jumlah tinggi. Hal ini disampaikan Jokowi saat memberi pengarahan pada acara Afirmasi Bangga Buatan Produk Indonesia yang digelar di Bali (25/3/2022).

Menurut presiden, barang-barang yang diimpor untuk kegiatan operasional di kementrian semuanya sudah bisa diproduksi dalam negeri. Jika terus mengimpor, justru memberi lapangan pekerjaan pada negara lain. 

Kementrian Kesehatan mengimpor tempat tidur rumah sakit dan perlengkapan medis, padahal ada yang memproduksi di Yogya, Bekasi dan Tangerang.

Kementrian Pertanian mengimpor traktor. Menurut Jokowi, traktor yang digunakan petani di beberapa daerah bukan high tech, kenapa harus impor. Selain itu alsintan (alat-alat dan mesin pertanian) juga diimpor.

Kemendikbudristek hanya memakai anggaran Rp 2 triliun dari total anggaran yang diberikan. Urusan beli bangku, kursi (Apa Nadiem tak tahu kalau Jokowi juragan meubel?) hingga laptop masa impor? Jokowi mengklaim, negeri kita sudah bisa membuat semua itu.

Berikutnya pada Kemenenteri BUMN, karena masih ada dirut di jajarannya yang banyak menggunakan produk impor. Jokowi memerintahkah dirut itu diganti, tak usah dipertahankan. TNI-Polri pun kena ikut semprot sebab seragam dan sepatu instansi tersebut diimpor. Pengadaan CCTV juga begitu.

Jokowi menyebut bodoh kalau kita tidak mengalokasikan dana 2% untuk membeli produk dalam negeri.

"Nah ini kan 2% lebih, enggak usah cari kemana-mana, enggak usah cari investor, kita diem aja tapi kita konsisten membeli barang yang diproduksi oleh pabrik-pabrik kita, industri-industri kita, UKM-UKM kita, kok enggak kita lakukan? Bodoh sekali kalau kita enggak melakukan ini."

Untuk kedua kalinya, Jokowi menyebut kata bodoh jika kita tidak membeli barang dalam negeri yang berpotensi membuka 2 juta lapangan pekerjaan.

Seperti diketahui anggaran yang diberikan pada pemerintah pusat sebesar Rp 526 triliun, Pemda 535 triliun dan BUMN 420 triliun. Bila 40% saja dialokasikan pada belanja produk lokal, perputaran uang di dalam negeri bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi hingga 1,7% (hampir 2%).

Sebagai pemimpin, menegur bawahan yang tidak melaksanakan tugas dengan baik adalah sah. Apalagi jika tegurannya disampaikan dengan marah. Itu artinya tingkat kesalahannya bukan hal remeh. Lagi pula, para menteri yang disebut Jokowi bukan anak kemarin sore.

Mereka yang ditegur itu bukan orang titipan, sebagaimana Jokowi pernah mengaku bahwa ia tak punya beban politik. Mereka orang yang kompeten, berpengalaman dan dianggap mampu menahkodai suatu kementerian. Setidaknya begitu kata pembisik Jokowi.

Dari fenomena ini, aku menyoroti hal yang menarik dalam diri Jokowi. Logikanya begini. Para menteri itu dipilih langsung atas hak prerogatif presiden. Jokowi memilih mereka, artinya mereka dipercaya. Dalam perjalanannya, ternyata orang yang dipilihnya itu mengecewakan, atau katakanlah bekerja di bawah target. Berikut ini sikap Jokowi yang menarik.

1) Sebagai kepala negara, harusnya Jokowi malu dan jaim jika memarahi orang yang dipilihnya. Setidak-tidaknya kan tegurannya bisa dilakukan di belakang. Bukankah ini berarti Jokowi meludah ke langit? Jika Jokowi menegur di belakang, pasti publik tahunya kementerian bentukannya baik-baik saja. Tidak harus mendapat komentar negatif dari pihak oposisi maupun netizen.

Tapi, lelaki tirus pecinta produk dalam negeri ini bukan tipe seperti itu. Ibarat seorang ayah, jika anaknya yang sudah dewasa melakukan kesalahan fatal, ia akan tegur anak itu langsung di TKP. Dengan begitu anak harus sadar kesalahannya dan memperbaiki. Image atau nama baik sang ayah bukan hal utama. Lebih penting, anaknya bisa hidup sesuai kapasitasnya dan memberi manfaat bagi orang lain.

2) Analisanya tentang pertumbuhan ekonomi sebesar 2% jika kita konsisten belanja produk lokal, yang bisa membuka peluang 2 juta lapangan pekerjaan menunjukkan keberpihakannya pada rakyat. Indonesia perlahan pulih dari pandemi. Tapi masih banyak orang yang membutuhkan pekerjaan. Kemarahannya pada petinggi kementrian layak dilakukan, demi kepentingan jutaan rakyat yang dilayaninya.

Ini kalian tahu detilnya nggak sih kalau barang yang dibeli itu impor? --KRAISWAN

Referensi: 1, 2, 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun