Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tugas Tematik dan Kesempatan Anak Mengeksplorasi Diri

31 Maret 2022   13:35 Diperbarui: 31 Maret 2022   17:50 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa mengerjakan tugas.| Sumber: ANTARA FOTO/SYAIFUL ARIF

Saat menuliskan judul artikel ini, aku baru saja menyiapkan tugas ketiga bulan ini. Padahal beberapa hari lalu baru saja memberi tugas. Ah, tugas lagi!

Mengapa harus memberikan tugas?

Sudah menjadi perdebatan sejak lama supaya sekolah di Indonesia menghapuskan PR. Ada yang setuju, juga yang keberatan. Tak usahlah kita membandingkan pendidikan Indonesia dengan Jepang, Korea Selatan dan Finlandia yang minim memberikan PR pada para muridnya. Level, budaya dan tingkat disiplinnya beda. Paham ya?

Mengutip dari ruangguru.com, guru memberi tugas untuk memotivasi murid belajar di rumah. Mereka tidak hanya belajar di sekolah, tapi juga meluangkan waktu di rumah. Pemberian tugas ini mengharapkan murid disiplin untuk belajar secara mandiri.

Berikut ini hal-hal yang perlu guru perhatikan saat memberikan tugas pada murid.

1) Tugas monoton. Pantang bagi guru zaman now memberi tugas monoton. Meringkas buku tiap minggu atau membuat karangan. Biarkan tugas macam itu diberikan guru kita dulu, jangan ke anak-anak sekarang.

2) Proporsional. Jangan sampai tugas yang diberikan malah menyita banyak waktu murid, terlalu sulit sehingga mustahil dikerjakan. Syukur kalau ada guru les yang membimbing. Jika tidak, emak-emak pun bisa keluar tanduknya.

3) Perhatikan jadwal. Jangan sampai menjelang ujian akhir baru diberi tugas. Pasti semua keteteran. Murid harus belajar menyiapkan ujian, gurunya juga kelimpungan mengoreksi. Berikan tugas yang relevan dengan materi yang diajarkan. Jangan belum dijelaskan, sudah diberi tugas.

4) Tujuan dan petunjuk. Guru harus menjelaskan tujuan pemberian tugas, sehingga anak paham dan penuh kesadaran mengerjakan. Berikan juga petunjuk yang rinci, contoh yang diperlukan dan bukan perintah tunggal yang mengharapkan otomatisasi murid paham kemauan guru.

5) Evaluasi. Tugas diberikan untuk memetakan sejauh mana pemahaman murid akan materi yang diberikan. Pemetaan ini penting bagi murid maupun guru sebelum menjalani tes akhir.

Di satu sisi, tugas yang diberikan menambah beban murid dan guru. Tapi sekaligus mengajari anak mandiri dan bertanggung jawab sejak dini. Jika tanpa tugas, kapan murid belajar bertanggung jawab? 

Lebih jauh, pemberian tugas akan menyiapkan murid untuk menghadapi ujian akhir semester. Ini juga memberi kesempatan siswa untuk melatih apa saja yang diperlukan agar berhasil di sekolah.

Namun, pembelajaran di era pandemi yang serba daring dan terbatas, mungkinkah semua idealism tersebut diwujudkan? Jawabannya tergantung dari guru, murid dan tentu orangtua.

Guru sebagai pembelajar sepanjang hayat harus terus melakukan inovasi metode dan konsep penugasan. Tidak boleh terus menulis dan meringkas. Sesekali, berikan tugas eksperimen sosial, wawancara atau hal-hal baru yang mendorong anak melakukan eksplorasi dengan lingkungannya.

Murid, apalagi masih SD saat ini, perlu bimbingan dari orangtua---yang paling banyak menghabiskan waktu dengan anak di rumah. Orangtua, meski sudah membayar kepada sekolah, punya pekerjaan tersendiri, perlu terus memfasilitasi anak saat di rumah.

Dalam pembelajaran Tematik (K-13), Tema 8 membahas tentang "Lingkungan Sahabat Kita". Dalam salah satu muatan pelajaran (mupel), IPS, aku memberikan tugas pada murid untuk melakukan penyelidikan.

Pembelajaran Tematik di sekolahku, beban muatannya cukup padat, baik untuk guru maupun murid. Apalagi era sebelum pandemi, pembelajarannya setiap hari. (Sampai bosan ketemu gurunya, hahaha) 

Enaknya, waktu itu tugas bisa dikerjakan di kelas, jadi tidak ada beban tugas di rumah. Kini, di era pandemi, dalam agihan waktu dan kondisi terbatas, muatannya tetap padat. Guru harus pandai-pandai memilah materi dan cara penyampaian yang efektif.

Dalam tugas IPS itu, aku memberi judul "Cari tahulah informasi sebanyak-banyaknya tentang kegiatan ekonomi di daerahmu." Petunjuknya: Kerjakan di buku tugas, tulis dengan rapi dan lengkap. Kumpulkan kepada gurumu! O, tidak, Roberto. Tidak. Kapasitas kita terlalu besar untuk memberikan tugas selevel itu.

Laman Classroom Tematik | dokumentasi pribadi
Laman Classroom Tematik | dokumentasi pribadi

Murid-muridku membuka di Classroom Tematik, Folder "Tema 8", lalu mencari Daily Task 3 berjudul "Membuat buklet digital jenis kegiatan ekonomi masyarakat berdasarkan bidangnya". Syhapppp, buklet digital?? Ya, sebenarnya membuat laporan. Biar kekinian gitu.

Mereka mengerjakan melalui Google Docs yang terintegrasi dengan Google Classroom. (Jika mau, bisa memakai aplikasi canva.com) Hasil pekerjaan mereka akan tersimpan otomatis, asalkan ada jaringan internet.

Apakah tugas yang kuberikan relevan? Ya. Mereka perlu mencari tahu kegiatan ekonomi di sekitar tempat tinggal mereka, lalu mewawancarai pemilik usahanya dan didokumentasikan melalui foto. (Jika tidak ada, boleh mencari gambar dari internet atau sumber lain) Dari foto itu, mereka mengidentifikasi kegiatan ekonominya termasuk jenis apa. Sesuai materi yang sudah dipelajari sebelumnya.

Murid mendapat petunjuk cara pengerjaan tugas di Google Docs. Aku membuat serinci dan sesederhana mungkin agar bisa dikerjakan anak. Harus mengunduh gambar apa, sumbernya dari mana, penjesalan tentang gambar dan juga lembar kerja dalam bentuk tabel.

Template (konsep) tugas seperti ini menurutku lebih mudah dan menarik diikuti. Selain itu, juga ada kriteria penilaian supaya jelas. Jadi tidak dikarang indah ya, bestie. 

Mengerjakan tepat sesuai kriteria, nilai maksimal. Jika tidak, nilainya kurang maksimal. (Di sekolah kami, sebagian besar tugas dinilai sebagai alat evaluasi, juga menjadi rekapitulasi pengolahan nilai pada rapor.)

Dari tugas kali ini, aku menemukan beberapa anak yang cukup kreatif mengerjakan tugas. Bisa dikatakan, melebihi ekspektasi. Memang tidak semua murid. Yang di bawah harapan, yang mengumpulkan telat juga ada. Berikut beberapa murid yang mengerjakan tugas sekaligus kesempatan untuk mengeksplorasi diri.

Datang langsung ke tempat usaha

Beberapa muridku orangtuanya adalah pengusaha. Bersyukurnya mereka, bisa mengerjakan tugas sekaligus belejar bisnis dari orangtua. Ada yang produsen roti, toko pakaian dan lain sebagainya. 

Sebelum kuberikan tugas pun, sebagian mereka sudah sudah diajari bisnis. Selain itu, tugas ini secara tidak langsung mendorong murid agar bangga dan bersyukur atas pekerjaan orangtuanya.

Mengunjungi langsung tempat usaha untuk mengerjakan tugas | dokumentasi pribadi
Mengunjungi langsung tempat usaha untuk mengerjakan tugas | dokumentasi pribadi

Menyapa penjual tenongan

Kita hidup di tengah gempuran jasa antar makanan, ditambah godaan promo dan diskon. Namun, masih ada pejuang rupiah yang berusaha secara tradisional, salah satunya penjual tenongan. Yaitu ibu-ibu yang menggendong keranjang plat bundar berisi beragam penganan.

Menghampiri penjual tenongan untuk mengerjakan tugas | dokumentasi pribadi
Menghampiri penjual tenongan untuk mengerjakan tugas | dokumentasi pribadi

Salah satu muridku, meski orangtuanya punya usaha toko roti, mau menghampiri ibu-ibu tenongan dalam rangka mengerjakan tugas Tematik. Terharu aku tuh... Di sini murid bisa belajar menghargai usaha orang lain secara konkret.

Mempromosikan usaha milik teman

Ada lagi satu muridku yang unik. Satu dari tiga gambar kegiatan ekonomi yang aku minta, dia mengulas usaha orangtuanya, toko pakaian. Satu lainnya dia mengulas toko roti milik temannya. "Toko roti ini punya teman saya", begitu informasi dalam lembar tugasnya.

***

Tugas apa pun pasti membutuhan effort untuk mengerjakannya. Apalagi untuk anak sekolah, di masa pandemi pula. Namun, kita perlu sedikit keluar dari kotak, memberi stimulus agar murid berani dan berkesempatan mengekspolari diri dengan lingkungannya. Salam edukasi! --KRAISWAN 

Referensi: 1, 2, 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun