Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Ritual Kendi Nusantara, IKN Diharapkan Menjadi Sumber Mata Air

16 Maret 2022   23:12 Diperbarui: 20 Maret 2022   13:57 1511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kendi Nusantara di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Senin (14/3/2022) (Sumber: Antara Foto/Hafidz Mubarak A via KOMPAS.com) 

Beberapa hari ini di media sosial hangat membahas kendi. Penyebabnya, sebuah ritual yang dipimpin Jokowi di Sepaku, Penajem Utara, Kalimantan Timur sebagai lokasi Ibu Kota Negara (IKN) baru.

Kendi berasal dari bahasa Sanskerta kundika yang artinya wadah air minum. Di Indonesia, kendi memiliki bermacam sebutan. Di Sumatra Barat disebut labu tanah, di Jawa ada yang menyebutnya gogok atau glogok (glok-glok-glok, pen.) yang berasal dari bunyi air saat dituang. 

Di masyarakat Batak (Sumut) disebut kandi, di Bali kundi atau caratan, di Sulawesi Selatan busu, di Aceh geupet bahlaboh, serta di Lampung disebut hibu.

Benda berbahan tanah liat ini adalah tempat penyimpanan air seperti teko. Tak hanya di Indonesia, kendi dikenal di banyak negara seperti Mesir, China, Jepang dan Thailand. Fungsi dan penggunaannya berbeda-beda tergantung tradisi di negara tersebut.

Kendi sudah dikenal sejak masa awal di Jawa dan Negeri Melayu, namun berdasarkan kronologi sejarahnya benda ini berasal dari India yang telah lebih dulu mengenalnya pada peradaban yang lebih tua. Diduga kendi bercorot di Asia Tenggara merupakan evolusi dari kendi Mesopotamia (3200 SM) dan Yunani (2500 SM).

Ritual Kendi Nusantara | foto: Biro Pers Sekretariat Presiden via tempo.co
Ritual Kendi Nusantara | foto: Biro Pers Sekretariat Presiden via tempo.co

Kendi-kendi gerabah telah ditemukan di banyak daerah di Indonesia sejak zaman prasejarah. Namun, kendi secara khusus menjadi wadah air yang dituang dari corotnya baru dikenal di Jawa pada abad ke-9. Hal ini dapat ditemukan pada relief candi Borobudur (dibangun sekitar 800 M) pada teras Kamadhatu.

Relief kendi pada candi Borobudur | gambar: jogjakita.co.id
Relief kendi pada candi Borobudur | gambar: jogjakita.co.id

Senin (14/3/2022) Jokowi menjalankan ritual adat Kendi Nusantara bersama 28 gubernur dan 6 perwakilan provinsi di titik nol pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara. 

Hari itu Senin Wage, berdasar kalender Jawa mengandung neptu 8, yang goresannya tidak terputus. Menurut Ki Wongso Wijoyo, dipilih tanggal ini supaya bangsa kita tidak kekurangan sandang pangan, dan bejo (beruntung) di kemudian hari.

Dalam ritual Kendi Nusantara ini dilakukan pengumpulan tanah dan air dari 34 provinsi di Indonesia ke dalam kendi yang sudah disiapkan. Air dan tanah ini mewakili seluruh suku dan agama dari tiap provinsi. 

Ritual ini berfungsi sebagai pemersatu bangsa maupun bagian dari lelaku untuk keselamatan bangsa. Lelaku yang dimaksud adalah ikhtiar, berdoa, ritual, dan selamatan yang diwujudkan dalam tindakan nyata untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sebut Jokowi, ritual ini bermakna penyatuan kebhinekaan dan persatuan yang kuat, terutama dalam membangun IKN Nusantara. Keberagaman di tiap provinsi disatukan dalam ritual ini. 

Jika ada yang bilang ritual ini sebagai klenik politik, syirik, melibatkan sesepuh gaib atau terkait hal-hal mistis, orang itu pasti ngawur. Sesat pikir, kalau tidak mencari sensasi. Dalam ritual ini dilakukan doa menurut kepercayaan masing-masing.

Falsafah tentang kendi

Dalam filosofi Jawa, kendi dimaknai sebagai wadah/ sumber kehidupan manusia dan seluruh alam. Kendi adalah akronim dari kendalining diri (pengendalian diri) dari sifat-sifat buruk manusia dalam kehidupan.

Kendi biasa dipakai sebagai wadah air. Air dalam kendi diyakini sebagai air alami dan suci, disebut juga air kehidupan. Dalam proses pembuatannya, kendi dibakar dengan suhu tinggi agar menjadi keras. 

Ruang di dalam kendi dimaksudkan agar udara bisa masuk melalui leher kendi. Oleh karenanya, air dalam kendi terasa lebih segar. Melebihi iklan air kemasan yang dari mata air pegunungan, atau yang ada manis-manisnya gitu.

Pada zaman dulu, kendi diletakkan di depan rumah. Maksudnya, ketika ada orang yang lewat dan kehausan bisa minum darinya. Cara meminumnya pun unik, tidak memakai gelas. Tapi menuangkan moncong kendi ke arah mulut, tanpa menyentuhkan pada mulut (Jawa: nyiglak). Supaya jika ada orang lain yang mau minum tidak terkena bekas mulut orang sebelumnya. (Di daerah lain mungkin berbeda cara) Hal ini mengajarkan kita untuk memiliki solidaritas kepada sesama. Harus saling membantu dan saling menolong tanpa mengharap pamrih.

Kendi di depan rumah | foto: Facebook/Perpustakaan Nasional via hitekno.com
Kendi di depan rumah | foto: Facebook/Perpustakaan Nasional via hitekno.com

Negara lain yang memindahkan ibu kota

Sebelum Indonesia, ada banyak negara lain yang memindahkan ibu kotanya. Brasil memindahkan ibu kotanya dari Rio de Janeiro ke Brasilia (1960). Australia: dari Melbourne ke Canberra (1927). Selandia Baru: dari Kororareka ke Wellington (1865). Pakistan: dari Karachi ke Islamabad (1960).

Tiga negara berikutnya, Nigeria memindahkan ibu kotanya dari Lagos ke Abuja (1991). Kazakhstan: dari Almaty ke Akmola---lebih dikenal dengan Nur-Sultan (1997). Terakhir Myanmar: dari Yangon ke Naypyidaw (2005).

Menjadi sumber mata air

Filosofi luhur dari kendi inilah yang dipegang Presiden Jokowi dalam prosesi peresmian IKN baru. Sebagai bangsa yang berbudaya, menjalankan adat adalah keniscayaan. Malah harus dilestarikan sebab nilai-nilainya penting sebagai pedoman di tengah gelombang globalisasi. 

Ritual yang dilakukan Jokowi adalah kegiatan biasa yang tidak melibatkan dukun, atau orang pintar untuk mengucap mantra. Penuangan air dan tanah merupakan simbolis. "Tanah" dan "air", jika kedua katanya digabung menjadi Tanah Air.

Budayawan Irfan Afifi menilai ritual Kendi Nusantara di IKN bermakna sangat dalam. Air adalah sumber hidup. Jika dikucurkan di suatu tempat atau proses tertentu, ia mengandung makna dan harapan akan sesuatu yang hidup. Ia berharap IKN Nusantara menjadi kota yang hidup dan menghidupi masyarakat ibarat sumber mata air. Membuat hidup sejahtera lahir dan batin. --KRAISWAN

Referensi: satu, dua, tiga, empat, lima

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun