Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #3

25 November 2021   12:52 Diperbarui: 25 November 2021   13:14 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi komunitas dalam kelompok kecil | gambar: GETTY IMAGES via thetimes.co.uk

Kukira doi jodohku. Dari sekian banyak wanita yang menolakku, baru kali ini ada yang mau merespons dengan sopan. Ternyata motivasiku (kami) salah. Kami masih disetir perasaan kasmaran. Bukannya mendasarkan relasi atas kedewasaan dan kematangan karakter. Betapa baiknya Tuhan, Dia mau memimpin kami supaya tidak memaksakan relasi ke dalam pacarana. Jika dipaksa, bisa lebih parah saling menyakiti.

Aku disebut ambisius, jika tak mau disebut bebal. Mau atau tidak, hampir semua rekan dan kakak persekutuan tahu kisah asmaraku yang kandas. Namun, itu konsekuensi yang harus diterima. Berani menyukai lawan jenis, harus siap patah hati. Syukurnya, mereka terus mendukungku, khususnya kakak KTB.

Jeda beberapa bulan, aku terus melangkah. Tidak tanggung-tanggung, aku mendekati sahabatnya, orang Maluku. Dia cukup menarik, juga berkepribadian baik. Bebalnya aku. bukannya bertobat dan memperbaiki diri, aku malah mencari pelarian.

Sebagai sahabat si Jawa, dia tahu lengkap aibku. Tapi tidak masalah. Urusanku dengan si Jawa sudah selesai. Aku tak mau sedih berlama-lama hanya untuk menyesalinya. Aku harus membuka lembaran baru.

Setelah beberapa kali PDKT pada rekan Maluku via chat, aku beranikan diri untuk berbicara empat mata. Ada indikasi dia akan menolak bahkan sebelum aku bicara. Barangkali rekam jejakku yang kurang baik menjadi penyebab. Bisa jadi, aku tidak masuk kriterianya.

Setelah mengobrol, katanya dia mau fokus menyelesaikan studi yang sempat molor. Tapi sampai dia selesai dan tidak memberi konfirmasi padaku. Aku pun pasrah, tak ingin memaksa. Gagal maning, gagal maning... Jangan-jangan memang bakatku selalu ditolak cewek. Belakangan aku sadar, relasiku dengan rekan Maluku itu cuma pelarian. Berat mengakui, tapi itulah faktanya.

Sebelum ada pertobatan sungguh-sungguh disambut kematangan karakter, mendekati lawan jenis dengan tameng mendoakan adalah sia-sia. Itu sama saja menolak mendengar suara dan kehendak Allah bagi kita.

Rekam jejak relasi dengan lawan jenis di persekutuan ini tidak menjadi teladan baik untuk adik-adik KTB. Katanya sudah mendoakan, kok tidak jadi pacaran? 

Namun, aku meyakinkan mereka, bahwa mencari pasangan hidup bukanlah hal instan, apalagi terburu-buru. Aku sebagai pemimpin mereka tidak imun dari kegagalan. Tidak ada jaminan jika ikut persekutuan, pelayanan dan rajin berdoa atau ibadah; semua keinginan langsung terwujud.

Meski belum berhasil dalam asmara, tanggung jawab studi dan memimpin KTB harus terus diperjuangkan. Bukannya kabur mencari kenyamanan. Justru melalui KTB ini aku sedang digembleng. Ibarat tanah liat di tangan penjunan, hidupku harus diremas, dilumat, dibasahi, dibanting, bahkan dibakar dengan api sebelum menjadi periuk yang indah. --KRAISWAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun