Untuk mempermudah mengonsumsi olahan rempah ini, komunitas Indonegri mengemasnya dalam bentuk kapsul maupun simplisia. Bentuk pengemasan ini bertujuan menjaga nilai gizi dari bahan baku. Sehingga selain senyawa aktif, orang yang meminum ramuan ini dapat memperoleh zat gizi lain berupa vitamin dan mineral untuk mendongkrak imunitas tubuh. Produk olahan herbal ini tidak memerlukan pembuktian ilmiah maupun klinis seperti halnya obat kimia, melainkan cukup pembuktian empiris karena sudah terbukti khasiatnya secara turun-temurun.
Baca juga: Rempah dan Peran Kita Merevitalisasi Warisan Kekayaan Bangsa (Bagian 2)
Keunikan sumber daya, kebudayaan, serta kecanggihan teknologi yang dikerjakan anak bangsa tersebut harus kita promosikan kepada dunia. Rempah-rempah kita sangat berharga!
5) Peran serta dukungan pemerintah secara konsisten
Denyut nadi perekonomian timbul dari adanya kebutuhan masyarakat. Menurut wakil menteri perdagangan Jerry Sambuaga, kebutuhan rempah sangat ditentukan oleh pola konsumsi masyarakat dunia. Pertama-tama, harus bisa menciptakan kebutuhan rempah Indonesia. Melalui promosi budaya dan kuliner, misalnya. Selain itu melalui penelitian berkelanjutan yang mendukung konsumsi rempah-rempah Indonesia. Bumbu Indonesia yang diekspor banyak dipengaruhi kebutuhan masyarakat Indonesia yang bermukim di luar negeri. Tren itu harus diperluas agar rempah dan bumbu Indonesia bisa juga dinikmati masyarakat dunia.
Bandingkan dengan masakan Tiongkok, Thailand, dan Vietnam mulai dikenal luas sehingga banyak bermunculan restoran khas negara-negara tersebut. Tak hanya makanan dan kuliner, rempah dan bumbu di Indonesia bisa menjadi bahan industri farmasi dan kecantikan. Jerry berharap Indonesia bisa membangun sebuah sistem logistik dan transportasi yang terintegrasi agar produk rempah dan bumbu Indonesia bisa langsung dikirim ke negara konsumen, memperpendek rantai pasokan dan pengiriman sehingga makin kompetitif. Ini juga berpotensi Indonesia makin dikenal sebagai negara produsen. Soalnya selama ini produk Indonesia diklaim dari negara lain karena rantai perdagangannya harus melalui negara tersebut.
Pemerintah sebagai pengatur regulasi hendaknya membuat kebijakan yang menjamin kuantitas, kualitas dan sustainibilitas dalam proses produksi dari petani sampai distribusi. Pemerintah tidak cukup menggelontorkan dana lalu berpangku tangan asal tahu beres. Melainkan perlu terus memberi pendampingan kepada masyarakat dan pelaku usaha.
Para petani perlu mendapat pendampingan tentang cara menanam rempah yang baik dengan pemanfaatan bibit unggul yang diperoleh dari teknologi di bidang pertanian, sehingga menghasilkan rempah-rempah yang lebih berkualitas.
Staf Ahli Sosio Antropologi, Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman RI, Tukul Rameyo, menyatakan pemerintah akan melakukan berbagai upaya untuk mengembalikan kejayaan rempah-rempah, diantaranya dengan menambah luasan tanam rempah-rempah. Berapa luasan yang disediakan, berapa hasil panen, berapa keuntungan yang diterima petani; ini semua harus dimonitor dan terus dievaluasi.
Menkoparekraf Sadiaga Uno yakin melalui Indonesia Spice Up the World (ISUTW), suatu program untuk mendorong hadirnya kuliner Indonesia hadir di mancanegara agar memberi nilai tambah bagi tanah air, khususnya di bidang rempah. Targetnya di 2024 akan hadir 4.000 restoran di luar negeri yang dapat meningkatkan penggunaan bumbu dan rempah-rempah. Semoga lebih realistis dibanding oke-oce.
Di bidang ekspor, pemerintah berupaya meningkatkan daya ekspor rempah dan bumbu Indonesia dengan memetakan potensi pasar, melakukan promosi dan memperkuat dukungan logistik, perizinan dagang dan lain-lain. Terkait perizinan, pemerintah harus meringkas birokrasi agar lebih efisien dan efektif. Pemerintahan Jokowi telah mengesahkan undang-undang omnibus law, di mana di dalamnya mencakup UU Cipta Kerja. Namun, masih menuai polemik di masyarakat.