Batasi pemakaian: sehat di kantong, sehat di badan
Makanan seenak apa pun, jika bahannya dari gorengan, dan dikonsumsi berlebihan justru menjadi masalah bagi kesehatan. Bisa meningkatkan risiko obesitas, salah satu faktor risiko penyakit jantung. (alodokter.com) Malah jadi penyakit.
Aku dan istri membatasi pemakaian minyak goreng. Selama ini, 2 liter cukup untuk sebulan, bahkan lebih. Untuk mengontrol konsumsi makanan gorengan, istri memilih belanja dan memasak sendiri. Jadi bisa mengatur menu apa saja yang berbahan gorengan, mana yang tidak.
Kurangi makanan gorengan
Kami suka makan olahan pisang sendiri. Paling umum dan enak dibalut tepung dan digoreng. Ditemani minum kopi atau teh panas, slllrrruuup ah! Supaya tidak terus makan gorengan, istri mengolah menjadi kolak, direbus, atau dibakar di teflon. Tak kalah nikmat meski tanpa minyak.
Dengan memasak sendiri, bisa mengontrol kualitas dan kuantitas bahan makanan yang masuk dalam tubuh. Kami mengombinasikan menu dengan sup, sayur berkuah, atau sekedar sayur rebus + sambal demi meminimalkan konsumsi minyak. Sesekali jajan di tukang gorengan tak apa. Pun dipilih yang bersih, lagi enak.
Coba cek di supermarket
Tidak selamanya harga produk di supermarket mahal. Beberapa konsumen justru beralih ke supermarket untuk membeli minyak goreng. Harganya sedikit lebih terjangkau daripada di pasaran. Hal ini bisa jadi karena mereka punya banyak stok saat harganya masih normal. (finance.detik.com) Hei, para pemilik stok berkuasa membuat harga, toh?
Bagi emak-emak, selisih dua ribu tetaplah berarti. "Bisa buat beli cabe", kata ibuku, wkwk. Saat komoditas tertentu mengalami kenaikan harga, boleh juga survei ke beberapa tempat. Siapa tahu dapat harga lebih terjangkau.
Penutup