Kental, lengket, serak di tenggorokan, enek, dan diare parah. Itu akibat minum VCO. Meski begitu, aku meminumnya juga. Kenapa?
***
Selagi diberi kesempatan hidup, banyak hal layak disyukuri. Kesehatan diri dan keluarga. Kekuatan untuk bekerja, belajar dan melakukan bermacam usaha. Meski harus daring dan serba terbatas. Aku bersyukur istriku pegiat herbal sejak lulus kuliah.
Dampak yang ditularkan padaku, aku jadi tak lagi "alergi" jamu. Dulu aku ogah minum jamu. Pahit! Tapi istriku bisa meracik jamu yang enak. Jamu kekinian, katanya.
Selain jamu, produk herbal yang dicicipkan padaku adalah Virgin Coconut Oil/ VCO/ minyak kelapa murni. VCO dihasilkan dari fermentasi santan kelapa tua, tanpa proses pemanasan. Ini adalah minyak murni, sarinya dipisahkan dari endapan (balendo/ blondo/ blendo). Beda 'kelas' dengan minyak goreng.
Mulanya, dimintanya aku mengoleskan VCO pada kulit yang luka. Betulan, kulitku cepat kering, pulih dan hampir tanpa bekas. Lama-kelamaan, disuruhnya aku minum.
Minyak diminum, serius...? Apa tidak bahaya? Kalau tersedak...?
Pernah lihat iklan minyak goreng, ada model yang meminumnya? Ya, minyak goreng bisa diminum. Memangnya masakan macam opor, rendang, sambal goreng dan bermacam gorengan tidak pakai minyak? Dengan memakannya, secara tak langsung kita makan minyak. Kan kan?
Rutin mengonsumsi VCO