Anda hobi bertanam? Semua kita tahu, hobi itu mahal, apalagi soal tanaman. Butuh lahan, media tanam, pupuk, bahkan tanaman tertentu yang bibitnya mahal. Masih ingat kan, janda bolong, hanya beberapa helai daun yang berlubang dibanderol hingga ratusan juta rupiah.
Aku suka bertanam, khususnya tanaman buah. Kutanam di lahan bapak di kampung. Kini aku tinggal di kompleks perumahan, pinggiran kota. Biaya hidup lebih mahal, pendapatan ngepas, lahan terbatas pula. Mana bisa melanjutkan hobi bertanam?
Biar begitu, aku masih bisa mengusahakan mini taman di depan rumah. Kok bisa? Tidak betulan taman, melainkan kawanan beberapa jenis tanaman yang menjadikan halaman lebih hijau, menyegarkan mata.
Lalu, mana mungkin punya taman mini di lahan yang sempit, dompet juga menjerit? Tenang, semua ada solusinya. Beberapa komponen bahkan tidak perlu biaya alias gratis. Simak beberapa tips ini.
1# Plastik bekas kemasan sebagai pot
Cara menyiasati sempitnya lahan padahal ingin menanam adalah menggunakan wadah. Harus beli pot, atau polibek. Adakah yang gratis? Ada. Bisa dipakai plastik bekas kemasan sebagai pot.Â
Kemasan minyak goreng, beras atau makanan ringan yang ukurannya besar dan bahannya tebal. Selain hemat bisa mengurangi sampah plastik. Memakai kembali.
Istriku memungut banyak bekas kemasan alumunium foil dari kantor eks-tempat kerjanya. Daripada dibuang, doi sudah jauh hari berpikir memanfaatkannya buat menanam. Dasar naturalis.
Buka mulut kemasan, lalu berikan lubang di beberapa sisi agar saat disiram airnya merembes. Makin banyak bekas kemasan dipakai, makin unik. Keren gitu, potnya berwarna-warni. Padahal...
2# Membuat kompos dari sisa sayur dan buah
Enaknya istri lulusan kesehatan masyarakat itu, bisa dimasakkan tiap hari. (hubungannya, jek?) Enak dong, tiap minggu belanja ke pasar, dapat bahan yang murah dan segar, bisa dikontrol kebersihannya. Apalagi kalau pas harganya murah, masih bisa ditawar lagi, wah...
Nah, karena istri memasak hampir tiap hari pasti ada bagian yang sisa. Entah dari ikan, daging, sayur maupun buah. Ditambah lagi istri produsen jamu rumahan, makin banyaklah sampah organik dihasilkan. Bahan-bahan organik ini hanya bakal menyebabkan bau di tong sampah. Tapi, oleh istriku bisa disulap menjadi pupuk kompos.
Kumpulkan semua bahan sisa tanaman ke dalam wadah besar, lalu ditutup rapat. Selama proses pembusukan berlangsung dicampur dengan tanah. Tiga bulan berikut, kompos siap dipanen. Hemat lagi kan, tak perlu beli pupuk.
Tahap ini tak selalu berhasil. Prosesnya butuh waktu lama, jumlahnya pun susut banyak. Kapan lalu karena ada banyak bibit dan harus segera ditanam, akhirnya kami beli media tanam tambahan.
3# Bibit gratis dari biji buah/ sayur
Wadah gratis, pupuk juga tak harus beli. Bibitnya? Ada juga yang gratis, kalau mau. Mulanya kami tak berniat menanam buah. Butuh banyak media dan biaya, ribet mengurusnya. Tapi dari proses kebetulan mendidik kami untuk mengelola beberapa tanaman.
Setiap belanja daun bawang, istri menyisakan batang dengan akar untuk ditanam. Hanya beberapa hari, tumbuh daun-daun yang baru. Meski tidak sebesar mulanya, tapi cukup sekadar untuk campuran olahan tempe, telur, atau masakan tumis.
Setiap selesai kupas-mengupas, istri mengonggokkan biji buah dan sayur ke dekat pot bunga. Bunga-bunga kami terletak di bawah kanopi fiber, jadi tak langsung kena sinar matahari. Idealnya, biji-bijian bakal kering lalu mati baru bisa tumbuh tunas kalau mendapat air.
Uniknya, biji-bijian yang dicampakkan istri tadi malah tumbuh. Ada melon, dan cabe. Biji buah lainnya nampaknya tak lolos uji. Bibit-bibit ini sayang kalau tidak dipindah ke tempat yang lebih longgar.
Maka plastik bekas kemasan dan kompos tadi berjodoh dengan para bibit ini. Dengan secuil lahan di depan rumah, di tepi jalan raya, kami menata beberapa tanaman. Di bawah naungan pohon mangga, posisinya sejajar terbit matahari. Mereka mendapat cukup cahaya untuk proses fotosintesis.
Ada juga tanaman lain yang kami tanam langsung di tanah, bibitnya kami minta dari lahan bapak. Ada sereh, dan daun pegagan. Jadilah mini taman ala kami. Tidak besar, boro-boro mahal, tapi penuh manfaat. Kalau perlu dadakan, tinggal petik depan rumah. Jiwa-pikiran pun cerah melihat yang hijau-hijau.
Demikian tips mini taman gratis ala kami. Anda mau coba? --KRAISWAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H