Pilihlah tempat wisata yang alami, bisa berupa perairan atau dataran tinggi. Sebagai naturalis, saya dan istri tertarik lingkungan alami, seperti sumber mata air. Kalau pun ada beberapa ornamen buatan, tidak banyak, dan tidak mengubah ekosistem aslinya. Di tempat alami ini kami bisa menikmati kesegaran bersumber dari pepohonan hijau, dan keteduhan kolam berisi ikan mas. Juga sejuknya hembusan angin sepoi-sepoi.
Di mata air Senjoyo ini sebenarnya bukan wisata komersial seperti halnya taman hiburan. Melainkan kawasan sumber mata air cukup luas dengan beberapa aliran sungai tenang. Biasanya dipakai umat muslim padusan (basuh diri) menjelang ibadah puasa. Setahun belakangan, makin banyak diminati pengunjung, oleh pengelola lokal ditambahkan beberapa wahana.
Di kolam utama pengunjung bisa menyewa perahu bebek yang dipedal. Di sudut lain ada kolam renang, airnya pasti segar! Ada juga kolam kecil berisi ikan mas, pengunjung bisa meng-adem-kan kaki. Di salah satu sudut disediakan kursi dari ban bekas dan perosotan. Ramah bagi anak. Bagi anda penikmat kopi, cocok kali menyeruput di tepi aliran air.
Pengunjung cukup membayar parkir Rp 3.000 untuk sepeda motor, sudah termasuk tiket masuk. (Untuk mobil sekitar Rp 5.000) Bandingkan dengan tempat wisata umumnya, parkir dan tiket masuk harus membayar terpisah. Sudah hemat, banyak manfaat.
3) Tempat terbuka, tapi tidak berkerumun
Hari-hari selama pandemi kebanyakan kita menghabiskan waktu lebih banyak di rumah. Sesantai, selonggar dan setenang apa pun kondisi rumah, biasanya ditemui titik bosan. Sebabnya dibatasi tembok-tembok dengan rumah tetangga atau pagar depan rumah. Kita perlu tempat terbuka yang menyajikan pandangan dan pemikiran lebih luas.
Masalahnya, biasanya di tempat piknik akan dijejali banyak orang. Adakah tempat terbuka yang tidak berkerumun? Tentu ada. Di sumber mata air Senjoyo contohnya.
Libur Hari Lahir Pancasila kemarin kami berangkat sore, sekitar jam 3. Google Maps memberi petunjuk tempat itu sedikit lebih ramai dari biasanya. Begitu tiba, memang banyak pengunjung. Tapi masih ada cukup tempat untuk kami duduk mengobrol, menikmati bekal sambil menatap kolam.
4) Bisa membawa bekal dan alas duduk
Beberapa tempat wisata melarang pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Jadi, pengunjung yang hobi jajan harus membeli di lokasi wisata. Umumnya harganya lebih mahal dari pasaran.