Nomorku dan 9 peserta lain pun dipanggil memasuki ruangan. Terdapat setidaknya 20 titik pendaftaran dan penyuntikan. Ada petugas yang mengarahkan supaya peserta menduduki kursi yang kosong. Tiap titik bisa menampung hingga 6 peserta. Ditanya suhu tubuhnya, dicek tensinya, diinterogasi sesuai pertanyaan dalam formulir, lalu validasi data diri.
Akhirnya di bangku eksekusi. Aku sedikit cemas. Singsingkan lengan baju kiri, pasang wajah serius. Petugas kesehatan mengatakan permisi, mengelap kulit lengan dengan alkohol, lalu jusss...
O, tidaaak...! Apa yang terjadi...?
Seperti digigit semut. "Istirahat dulu di luar ya, Pak", saran bu perawat. Tidak ada gejala-gejala menakutkan seperti yang diberitakan di media-media. Panca indera masih berfungsi baik. Ingatan masih utuh.
Beberapa teman perempuan malah langsung merasa lapar. Efek vaksin katanya. Di pintu keluar ada banner kontak yang bisa dihubungi jika ada gejala lanjutan. Kepsek juga sudah mewanti-wanti hari sebelumnya supaya memberitahu kalau ada gejala lanjutan. Jadwal vaksin kedua kami satu bulan berikutnya.
Kami berani divaksin, kamu? --KRAISWAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H