Sewaktu asyik bekerja, seorang muda mengeluh. Tetikus nirkabelnya ngadat. Masih bisa dipakai, tapi macet-macet. Pekerjaan menumpuk, dituntut segera selesai.
Laptop---penopang utama dalam pekerjaan---kebetulan tidak berfungsi touchpad-nya, ditolong dengan tetikus nirkabel. Nah, pas juga baterai tetikus itu habis.
Sepulang kantor, si pemuda mampir ke satu tempat belanja. Ditanyanya kepada pelayan baterai merek ini, ukuran ini, berapa harganya. Satu paket berisi dua, harganya dua belas ribu. Yang isi tiga, cukup menambah tiga ribu. Dipilihnya yang isi tiga.
Ketika membayar di kasir... Di balik kemasan, pada kertas kuning jelas terbaca tulisan tangan "15.000". Tapi pemindai di kasir membacanya sebagai dua belas ribu. Si pemuda sadar kejanggalan itu, tapi diam. Kenapa? Supaya drama ini tetap berlanjut. Heyaaahh...
***
"When given the choice between being right or being kind choose kind." --Wayne Dyer
Orang tua dan guru kita sering mengajarkan agar berbuat baik kepada sesama. Masih sulit? Jangan melakukan sesuatu yang jahat. Tidak perlu muluk-muluk menjadi benar, jadilah baik terlebih dulu.
Baik yang tidak hanya untuk diri sendiri, tapi untuk semua orang. Jika semua manusia berbuat baik bumi ini akan tetap hijau meski umurnya terus bertambah.
Setelah kuganti baterai baru, tetikusku lancar jaya. Tokcer seperti baru. Tapi, ada yang mengganjal. Baterai yang kubayar di kasir kemarin tidak sesuai harga dengan yang di label. Tiga ribu lebih sedikit dari seharusnya. Berarti ini korupsi. Tidak halal. Merampas hak orang lain. Dosa. O, tidaaakk...!
Niat baik lainnya (yang dianggap konyol) tentang penggunaan plastik, boleh mampir di sini.