Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Memang, Makin Tinggi Suatu Pohon Kian Kencang Angin Bertiup

27 April 2021   08:51 Diperbarui: 27 April 2021   09:08 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebanyakan manusia tidak tahan berada di tempat tinggi. Pasalnya di tempat demikian tipuan anginnya amat kencang. Makin tinggi posisinya, makin kencang tiupan dirasa. Mending di bawah yang tenang dan aman-aman saja. Tapi, apa jadinya kalau di bawah pun diterpa angin kencang...?

Anda suka makan sukun? Pernah tahu bentuk pohonnya? Berencana menanamnya? Ngomong-omong tentang pohon sukun, ada satu pengalaman unik lagi menarik yang aku alami.

Suatu petang, ibuku mengirimkan pesan suara (Canggih? Bukan, ibuku tuna aksara, hanya bisa berikirim pesan suara), mengabarkan bahwa pohon sukun terletak tepat di samping rumah mereka roboh. Angin kencang pelakunya. Astaga, apakah pohonnya baik-baik saja?

Di mana menariknya? Pohon sukunnya sendiri biasa saja. Tapi dari insiden ini justru memantik bara untuk menulis artikel ini. Aku suka menanam banyak pohon, khususnya yang bisa menghasilkan buah. Meski tak ada sejengkal pun lahan dimiliki, bisalah ditumpangkan di pekarangan bapak.

Tahun 2018 aku minta diantar temanku membeli beberapa bibit tanaman buah. Duren, alpukat, mangga dan sukun. Nah, tiga tahun kemudian yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah si sukun. Tingginya mencapai tiga meter, garis tengah batangnya lima senti meter. Lebar daunnya, jangan ditanya. Bisa dipakai kipas!

Beberapa hari kemudian sejak pesan dari ibu, baru aku bisa ke rumah ibu untuk menengok kabar si pohon sukun. Seberapa parahkah patahnya? Di salah satu dahan, atau satu batang. Ternyata... separuh lebih! Sadis.

Buah sukun | sumber: stylecraze via bangka.tribunnews.com
Buah sukun | sumber: stylecraze via bangka.tribunnews.com

Sabar... ini ujian. Padahal tinggal menunggu sedikit lagi berbunga, lalu menikmati buahnya. Lha kok dipatahkan oleh si angin nakal. Kan, seperti judul di atas, hanya tanaman tinggi yang terancam angin kencang. Apa yang salah?

Tiga meter tetaplah tinggi. Jangankan si pohon sukun yang bisa menjulang hingga 10 meter. Tanaman jahe dan padi yang rata-rata tingginya 50 cm juga roboh berjamaah kalau angin kencang menerpa. Secara struktur batangnya kebanyakan air, bukan berkayu. Angin juga bisa menerpa permukaan kalee...

Dengan ketinggian yang hampir dua kali tinggi rata-rata manusia, tantangannya makin besar. Si batang harus bertahan di atas akar dengan menopang dahan, ranting dan daun yang demikian lebar dan lebat. Ketika angin kencang datang, lalu tak mampu menahan gaya tiupnya, krakkk... patah. Robohlah sudah. See you bye-bye.

Baca juga: Bertanam, suatu Tekad Menimbun Manfaat

Faktor X, pusat batangnya dimakan ulat. Pernah lihat, atau setidaknya mendengar ulat pohon? Makan kayu...? Ya. Rupanya sang batang sukun kesayangan dimakan ulat di bagian pusatnya. "Lha iki dipangan uler ngene lho...", terang ibuku, antusias. (Lha ini dimakan ulat begini)

Batang sukun dimakan ulat | KRIS WANTORO
Batang sukun dimakan ulat | KRIS WANTORO

"Ros", begitu orang tua di Jawa menyebut bagian tengah pohon, yang agak lunak itu (empulur). Bagian itulah yang berisi sumber nutrisi bagi si pohon. Bayangkan jika nutrisinya direnggut ulat, lalu ditambah terpaan angin kencang... Sudah jatuh tertimpa tangga.

Bayangkan setiap manusia adalah pohon. Berapa banyak di antara kita yang berambisi mencapai kedudukan setinggi-tingginya melalui rekomendasi, promosi, kompetensi maupun kolusi. Saat diizinkan mencapai ketinggian dimaksud, bertiuplah angin kencang yang menggoyang seluruh badan. Jika teguh, tetaplah berdiri.

Jika lemah? Cukup sampai di sini. Belum kalau ternyata ada ulat-ulat kerakusan yang mewujud korupsi dan suap, nafsu yang berupa zinah dan haus kekuasaan; yang menggerogoti unsur-unsur penopang kehidupan. Sudah pastilah roboh.

Salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun