"Mas, ini halamannya mau dikasih uruk ndak?" Bak berkah di siang bolong, petugas kebersihan di kompleks tempat tinggalku menjemput bola.
***
Bukan TV, atau media besar lainnya, melainkan seorang Dedy Corbuzier, master mejik yang capek lalu banting setir jadi host salah satu program TV, yang hantam kemudi lagi karena rating share-nya rendah kini jadi Youtuber (iri bilang, jek!)---yang mendadak meroket viewer-nya akibat mewadahi pergulatan catur Dewa Kipas Dadang Subur lawan Grand Master Irene Sukandar.
Pembuktian siapa yang lebih layak bermaster catur, kalah "bising" dengan besar nominal yang dikantongi Dedy dari sponsor maupun Youtube. Ibaratnya, pengisi panggungnya mendapat irisan kue, sedang Dedy seloyang penuh. Demikian analisis pegiat media sosial Deny Siregar. Satu hal, Dedy gercep (gerak cepat) mengambil kesempatan sebelum disadari para pemilik stasiun TV.
***
Hari Minggu lalu, bapakku singgah ke rumah guna membantu membetulkan atap fiber tempat cucian. Dari beberapa kunjungan sebelumnya, bapak merekomendasikan supaya halaman depan rumah diberi uruk agar tidak menggenang kala hujan. Memang ada jeda antara teras dan jalan aspal, posisinya lebih rendah. Terciptalah cekungan. Ditumbuhi rumput lagi. Pernah dipangkas, tapi ya tumbuh lagi.
Belum kepikiran menutup dengan cor, selain kantong tak kooperatif, belum izin pada pemilik rumah. Pikirku, nanti kalau libur akhir pekan, akan kubabat mereka. Faktanya: tak tersentuh meski ada libur Isra Mi'raj ditambah hari Jumat. Pemalas.
Senin siang, sepulang dari Pelatihan Pembuatan Soal AKM yang diselenggarakan Disdik Salatiga, tetiba sesosok bapak memanggil. Siapa rupanya? Mungkinkah sekretaris RT membagikan undangan atau formulir screening sebelum vaksin Covid-19?
Baca juga:Â Apa dan Bagaimana Membuat Soal AKM?
Ternyata, bapak petugas kebersihan kompleks. "Mas, ini halamannya mau dikasih uruk ndak?" Bak gayung bersambut. Aku bertanya, memastikan jenis uruknya tanah atau batu kerikil. Batu kerikil, katanya. Ojeh, sepakat.