Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mandi Bersama, Upaya Menghapus Dosa Berujung Nelangsa

14 Maret 2021   17:26 Diperbarui: 14 Maret 2021   17:33 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan. Dapatkah manusia---yang sama-sama berdosa---menyelamatkan sesamanya? Jika Ya, dengan kekuatan sebesar apa? Dengan teknologi secanggih apa? Kuasa semistis apa?

2# Lemah iman, mudah disesatkan. Seperti diberitakan di atas, lemahnya iman (pemahaman terhadap agama) menyebabkan orang mudah terjebak aliran sesat. Agar tidak mudah tersesat harus menjadi orang beriman, tutur orang tua.

Sebuah ilustrasi. Seorang muda ingin menguasai ilmu supranatural: membedakan uang palsu (ceritanya belum ada TV yang menampilkan jurus dilihat-diraba-diterawang). Pergilah ia pada seorang ahli. Pertemuan pertama. Dia diberi selembar seratus ribuan. "Amati dan cermati uang, cari tahu karakteristiknya!" Dia kan berguru untuk membedakan uang palsu, kenapa diberi uang asli? Meski mengeluh, dilakoni juga.

Hari kedua sampai ketiga puluh, pemuda itu melakukan hal sama. Mencermati lembaran uang asli serratus ribu sampai seribu rupiah. Dipelototinya dari ujung kiri bawah sampai kanan atas, begitu pun sebaliknya. Sampai bisa membedakan nomimal hanya dari aromanya. Epic!

Hari ujian. Gurunya menaruh selembar uang di hadapannya. Ia harus membuktikan uang itu asli atau palsu. "Palsu!", kata si pemuda bahkan tanpa menyentuhnya. Kok tahu? Karena ia terbiasa 'mencerna' uang asli.

Begitupun dalam keimanan. Agar mengetahui ajaran sesat, harus mengenali, menggali dan mendalami ajaran agama yang benar. Dalam konteks ekonomi, kalau mau makan ya harus kerja keras. Saya rasa dalam agama lain pun mengajarkan demikian. Lebih luas, keimanan yang benar perlu didalami agar tak terjebak radikalisme yang sama sesatnya.

Bandingkan dengan cerita Pak Kentir yang 'mengadu' kaki dengan benda tajam di Sungai Ciliwung. (kompas.com 14/03/2021) Istrinya meninggal waktu anak-anaknya masih kecil. Getirnya hidup tak membuat Pak Kentir (Suparno) sesat, meski untuk bertahan hidup ia sampai kentir (gila) dengan merongsok di kali.

3# Hidup susah (sesekali) boleh, hidup sesat jangan! Bagi manusia kebanyakan, hidup susah berarti perekonomian yang pas-pasan. Tapi, hidup susah bukan pembenaran ikut ajaran sesat. Banyak contoh manusia di bumi ini yang lahir dari kondisi susah tapi lolos dari jerat kemiskinan. Kuncinya bekerja keras, selain faktor bejo yang mungkin berperan.

Banyak manusia di Indonesia yang bergelimang harta, karir terhormat tapi hidupnya tetap susah. Mereka itu para koruptor. Setidaknya di era pemerintahan Jokowi, mereka betulan menikmati dinginnya jeruji besi. Bukannya main drama di muka hakim. Sudah diketok palu, tapi masih bisa pelesir.

Percepatan teknologi dan sistem informasi menyebakan kesenjangan sosial-ekonomi makin kentara. Tapi, sesusahnya hidup, sekejamnya nasib memperlakukan kita, masih ada hal baik dan benar untuk mencari nafkah. Apalagi di masa pandemi. Cara-cara lama yang sesat, tidak masuk akal dan curang harus ditinggalkan.

Penutup. Harta, tahta dan wanita menjadi jerat tak terelakkan bagi manusia segala zaman yang membuatnya jatuh dalam dosa. Pengikut Hakekok itu contohnya. Alih-alih menyucikan dari dosa, mereka malah menambah dosa dengan kegiatan yang bertentangan dengan ajaran agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun