Raya Ghosh menulis dalam India Today, sangat penting untuk menciptakan keberlanjutan lingkungan dengan rasa hormat pada perubahan global terkini.Â
Diplomat Norwegia, Erik Solheim mengunggah gambar gelas es krim yang terbuat dari daun pisang dan menjadi viral di internet. (indiatoday.in) Ini adalah sebuah pilihan yang ramah lingkungan, pungkasnya.
Bahkan, berat untuk mengakui, Indonesia kalah jauh dari (negara yang tidak lebih besar seperti) Thailand dalam kesadaran penanganan masalah sampah. Supermarket di Thailand sudah menerapkan kemasan sayuran yang ramah lingkungan, yaitu daun pisang.Â
Tidak, anda tidak salah dengar. Daun pisang. Mereka lebih kreatif, dan peduli dibanding kebanyakan kita. Miris, tapi itulah fakta. Mungkin Indonesia harus mengimpor daun pisang dulu...
Sedikit hiburannya, nenek moyang kita lebih dulu memakai daun pisang sebagai bungkus lemper, lontong dan penganan tradisional lainnya.
2# Botol Minum dari Bambu. Kita pasti populer dengan tumbler (tempat minum) dari plastik. Ringan, beragam, murah dan mudah dibawa. Lagipula botol minum plastik bukan barang sekali pakai yang berkontribusi pada sampah yang mencemari lingkungan. Tapi, plastik tetaplah plastik. Tak dapat diuraikan.
Adalah Bamboo and Cane Development Institute (BCDI) di Tripura, India. Negara dengan populasi 1,37 milyar jiwa (kedua setelah Cina), tak hanya menjadi inovator dalam dalam teknologi, tapi juga dalam penanganan sampah. Produsen botol minuman dari bambu itu menjadi pusat perhatian setelah aktris Bollywood Raveena Tandon memesannya. Ini alternatif yang hebat untuk menggantikan botol plastik. Brilian!
3# Masker Abaka. Seperti keresahan temanku di atas, masker sekali pakai---seperti namanya, "sekali"---hanya berfungsi satu kali, lalu menimbulkan masalah. Hal ini dikarenakan masker medis terbuat dari material plastik yang sulit terdegradasi.