Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kedatangan Jokowi ke Sumba Memicu Kerumunan, Pencitraan atau Kerja?

23 Februari 2021   23:38 Diperbarui: 24 Februari 2021   07:49 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dalam kunjungan ke Sumba Tengah | sumber: Instagram/ Jokowi, sektretariat.kabinet

Di kala seluruh negara-negara di dunia masih berjuang membasmi virus Corona, mengharuskan warga negaranya melakukan protokol ketat demi menekan penyebarannya, kehadiran Jokowi justru mengundang kerumunan warga. Ini tindakan melanggar hukum!

***

Hari ini, 23/02/21 jagad maya dihebohkan video tentang kerumunan warga. Saking hebohnya, para peserta kerumunan tak peduli saat ini masih pandemia atau tidak (meski sebagian bermasker). Tak soal di jalanan aspal atau di tengah sawah (bisa hancur padi orang!), yang penting mereka harus ketemu Jokowi!

Lagipula, bisa jadi perbuatan Jokowi ini adalah lagu lama. Berkedok pencitraan demi menarik simpati masyarakat. Usang. Harusnya Jokowi lebih kreatif dan inovatif. Masih banyak hal berfaedah (Mengecat genteng, misalnya. Atau naturalisasi sungai leh uga) untuk meringankan beban masyarakat yang babak-belur di tengah pandemi Covid-19 dan bencana alam.

Tapi...

Bergantung siapa dan dari sudut pandang mana orang yang menulis lead seperti di atas. Bagi hatters-nya, akan menuai banyak notifikasi "suka" serta komentar 'sedap'. Tentu bersumber dari sesama hatters. Namun bisa sangat berlawanan bagi pemilik dan pemakai akal sehat, jika mau mencerna fakta sampai di lapangan.

Benarkah Jokowi melanggar protokol kesehatan karena mengundang kerumunan? Betulkah Jokowi hanya pencitraan? Kiranya uraian berikut menjawab.

"Kerja sambil blusukan" Beda dengan "Kerjanya blusukan"

Istilah "blusukan" populer semasa Jokowi menjabat gubernur DKI Jakarta sampai menjadi presiden. Sebagai pemimpin yang lahir dari kalangan rakyat, bukan elit militer atau darah biru, wajar jika Jokowi blusukan mengecek fakta dan kondisi di lapangan.

Sayangnya, blusukan ini lalu diadopsi para elit sumbu pendek dan kerdil akal, sehingga memberi konotasi negatif. Blusukan untuk pencitraan.

Jokowi terbiasa blusukan sejak menjabat wali kota Solo | Sumber: istimewa via lensaindonesia.com
Jokowi terbiasa blusukan sejak menjabat wali kota Solo | Sumber: istimewa via lensaindonesia.com

Setahu saya, memang blusukan itulah gaya hidup Jokowi. Mau ada kamera atau tidak, biar ada pendukung atau pembenci, dia akan tetap blusukan jika memang diperlukan dalam pekerjaan. Kita menyebutnya berintegritas. Isu pencitraan Jokowi dalam blusukan dipatahkan dengan pencapaiannya melakukan pembangunan di berbagai daerah.

Jokowi blusukan di tengah hujan saat berkunjung ke Sumba Tengah 23/2/2021 | Sumber: dokumentasi pribadi/Vasko Rohi
Jokowi blusukan di tengah hujan saat berkunjung ke Sumba Tengah 23/2/2021 | Sumber: dokumentasi pribadi/Vasko Rohi
Produk Pembangunan, Ungkapan Konkret Kerja Nyata 

Meski 33,1% dari 1.200 responden tidak puas pada pemerintahan Jokowi pada periode kedua pemerintahannya, tapi jejak pembangunannya tak terbantahkan. (Indo Barometer via cnnindonesia.com)

Sebut saja megaproyek MRT Jakarta, Tol Lampung-Palembang sepanjang 189 km, dan Tol Layang Jakarta-Cikampek sepanjang 36,4 km. (liputan6.com) Jika direkap, proyek infrastruktur pada lima tahun masa pemerintahan Jokowi yakni 980 km jalan tol, 3.793 km jalan nasional, 2.778 km jalan perbatasan, 330 unit jembatan gantung, 7 pos lintas negara, 18 trayek laut, 15 bandara baru, MRT dan LRT, 79 infrastruktur olahraga (apa kabar wisma atlet?), dan 65 bendungan. (okezone.com)

Itu semua belum termasuk ratusan embung di beberapa daerah. Yang terhangat, lima hari lalu (18/2/2021) Jokowi meresmikan bendungan Tapin yang bisa menyediakan pangan bagi 57.200 hektare lahan di Kalimantan Selatan. (cnbcindonesia.com) Dan pastinya akan terus diresmikan bendungan dan infrastruktur-infrastruktur pendukung pembangunan yang lain.

Meski belum semua terlaksana sesuai janjinya saat kampanye, sejelek-jeleknya tidak ada proyek yang mangkrak. Tidak pakai acara baper bermacam level meski banyak suara miring menyerangnya.

Jokowi juga tahu diri, kalau tidak dibilang cerdas. Waktu, tenaga dan pikirannya pantas dialokasikan untuk kepentingan rakyat banyak, daripada membangun citra, boro-boro membela diri. Tak soal kalau dengan itu terus ada pihak yang berusahan menjatuhkan namanya.

Bukan Pemimpin Manja

Pemimpin kok manja, memang ada, ya? Ya ada lah!

Mereka itulah kelompok orang yang mendapat amanah dari rakyat, tapi kerjaanya nyinyir, belagu lagi. Merasa sebagai pemimpin harus serba dilayani. Contoh paling simpel, cara memakai payung.

Nenek-nenek juga tahu, kalau hujan ya pakai payung, bukan malah galau membuat story. Kalau bisa lagi ya pakai sendiri payungnya, tak perlu minta orang lain. Di sinilah perbedaan pemimpin berjiwa besar dan besar omongan (manja). Foto berikut dianggap cukup berbicara.

Perbedaan cara Jokowi dan Fadli Zon saat memakai payung | Sumber: jabar.tribunnews.com
Perbedaan cara Jokowi dan Fadli Zon saat memakai payung | Sumber: jabar.tribunnews.com

Jokowi membawa payungnya sendiri | sumber: Instagram/ sektretariat.kabinet
Jokowi membawa payungnya sendiri | sumber: Instagram/ sektretariat.kabinet

Dalam kunjungannya ke Sumba Tengah hari ini, pas hujan mengguyur. Jokowi bergeming. Dia tetaplah presiden yang dari sononya wong ndeso. Tak perlu dilayani jika bisa melakukan sendiri. Mandiri.

Paspampres dibuat
Paspampres dibuat "terbirit-birit" oleh Jokowi | sumber: dokumentasi pribadi/Vasko Rohi

Akibat dari tindakan sang presiden, paspamres dan petugas keamanan setempat dibuat 'terbirit-birit' untuk menyusul. Kapan lagi kan berlarian di tengah sawah...

Fakta di Balik Kerumunan

Kedatangan Jokowi ke Sumba Tengah otomatis menyedot perhatian dan antusiasme warga. Kunjungannya ini dalam rangka meninjau lumbung pangan (food estate) (Instagram/ sektretariat.kabinet) sekaligus meresmikan Bendungan Napun Gete. (Instagram/ jokowi)

Perihal mengapa rakyat Sumba bak semut menemukan gula, belum ditemukan penjelasan saat artikel ini ditulis. Menurut teman penulis yang berdomisili dan putra daerah Sumba, hal itu karena begitu cintanya mereka pada sang presiden.

 

Jokowi dalam kunjungan ke Sumba Tengah | sumber: Instagram/ Jokowi, sektretariat.kabinet
Jokowi dalam kunjungan ke Sumba Tengah | sumber: Instagram/ Jokowi, sektretariat.kabinet

Saya tahu Jokowi, karena dia orang terkenal (pernah menjabat wali kota Solo, gubernur DKI Jakarta, dan kini presiden). Meski sesama wong Jowo, dia pasti tak kenal saya. Dan itu tak penting. Jadi saya menulis ini bukan sebagai buzzer, pun tak mendapat komisi sepeser pun. Meski begitu, jika anda masih menganggap saya buzzer, itu bukan masalah saya.

Apakah kedatangan Jokowi ke Sumba Tengah sekedar pencitraan atau kerja? Bergantung di sisi mana anda berdiri.

Salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun