Pengadilan agama di Bandung penuh! Para istri 'kompak' menggugat cerai suaminya. Penyebabnya faktor ekonomi, perubahan gaya hidup, serta kurang sabar menghadapi cobaan. (kompas.com) Pembaca gemas. Netizen cemas. Para suami was-was.
Kenapa harus menikah jika ujungnya bercerai? Apakah pernikahan habis manis sepah dibuang? Beda cerita kalau kita salah memilih pasangan. Menyesal seumur hidup.
Jangan menikah jika: 1) Baru kenal dari Facebook atau media sosial, 2) Tertarik hanya hal-hal yang dilihat mata, apalagi rasa kasmaran! 3) By accident. 4) Kata orang. Empat hal ini paling sering dijadikan dasar menikah, tapi lalu bercerai. Pernikahan, seperti hal krusial lain dalam hidup seperti pendidikan, pekerjaan, dan keyakinan beragama, sehingga perlu dipersiapkan.
Agar tidak salah memilih pasangan, kita perlu membuat kriteria. Kenapa perlu?
Jika mau membeli sepatu misalnya, kita memilah merek, model, ukuran, harga hingga warna; masakan untuk "pasangan hidup" asal-asalan? Prinsip saya, dengan orang yang saya menikah dengannya, saya akan menghabiskan sisa hidup dalam segala waktu, musim dan perjalanan.
Apa saja kriteria memilih pasangan hidup? Pada dasarnya ada kriteria primer, sekunder dan tersier. Saya akan membagi dalam empat poin yang lebih umum.
TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." --Kejadian 2:18
1. Sepadan
Sepadan (KBBI) artinya mempunyai nilai (ukuran, arti, efek, dsb) yang sama; sebanding (dengan); seimbang (dengan), berpatutan (dengan). Sepadan mencakup kesesuaian dalam hal-hal internal, bukan eksternal.
Yang punya pola pikir, karakter, pandangan dan sikap hati yang sejalan, (Mustahil dua kepala dijadikan sama, orang kembar sekalipun).
Jangan berharap menemukan orang yang sama atau cocok. Karena memang tidak ada pasangan yang cocok di dunia ini. Yakinlah, ada hari-hari pernikahan bakal diisi cek-cok. Tak heran, para artis 'hobi' kawin cerai hanya karena indikator semu bernama "cocok".