Saya pribadi sepakat dengan Pak Ganjar. Soalnya sudah dua kali di-WFH-kan. Satu penyebab karena baru pulang dari luar kota. Penyebab lainnya, rekan satu ruangan saya kontak dengan anggota keluarga yang positif. (puji Tuhan, teman saya negatif!)
Seandainya pun Gerakan Jateng di Rumah Saja dilaksanakan pada hari kerja, tak masalah jika kembali WFH.
Baca juga: Enak-Tak Enak WFH Pertama di 2021
Pas Hari Libur
Satu-satunya persamaan pegawai swasta (seperti saya) dengan PNS adalah gajinya (ngimpi!), eh, hari liburnya, yakni Sabtu. Pelaksanaan Gerakan Jateng di Rumah Saja, tanggal 6-7 Februari 2021 pas Hari Sabtu-Minggu.
Tak jauh beda dengan akhir pekan sebelum-sebelumnya, Sabtu dan Minggu adalah masa bebas saya. Bebas dari urusan kantor. Soalnya ada saja pekerjaan menanti di rumah. Membantu istri memasak-mencuci, mengecat meja-kursi, mengoreksi tugas siswa... belum menulis di Kompasiana (yang ini berlebihan).
Asalkan kulkas terisi secukupnya, masih ada butiran beras di karung, galon air minum tersedia. Dan tak boleh terlewat: paket data; aman! Jangankan dua hari, pak gubernur, dua minggu juga siap! Asalkan gajinya tetap ya, hehe.
Bonusnya, saya jadi sukarelawan pak gubernur. Gratis-tis, tanpa embel-embel atau bayaran sepeser pun. Yakni patroli lingkungan, memastikan rakyat patuh. Baca: mencarikan makan buat istri. Bukan saya kurang ajar pada pak gubernur, tapi saya lebih takut kalau gegara tidak mau membelikan makan malam, besok-besok tidak dimasakkan oleh istri, kan repot...
Hasilnya, gerakan hari pertama lancar jaya. Jalan raya lengang, lebih sedikit kendaraan melintas kemungkinan untuk kebutuhan makan malam. Pertokoan tutup lebih awal. Laporan selesai!