Tanpa guru, kutak tahu jadi apa hari ini. Tapi tanpa ibu, kutak mungkin hadir di Bumi
3. Terus bergerak agar bertahan hidup
Ora ubet, ora ngliwet. Filosofi Jawa yang artinya kurang lebih: Kalau tidak bekerja, tak bisa makan.
Filosofi itu terus ibu hidupi dan teruskan padaku. Orang tua ibu lebih nelangsa karena harus menghidupi enam gadis. Sedangkan orang tua bapak lumayan berada dengan tanggungan dua laki dan satu perempuan.
Atas kenyataan itu, ibu tidak bisa mengandalkan peninggalan materi orang tuanya. Mengklaim milik mertua, o, tidak mungkin dilakukannya. Pernah, ibu ditanya ayah mertua yang intinya, apakah ibu tidak diberi warisan barang sedikit.
SAKIT. Tak disangkanya "duri" dihantamkan ke relung hati oleh orang terdekat. Oleh karenanya, ibu juga mengajariku untuk tidak mengandalkan materi orang tua. "Kamu sudah disekolahkan sampai tinggi, kalau bisa mandiri, raih impian dengan keringat sendiri. Harus bekerja keras." Itu yang membentuk jati diri dan identitas, sebagai anak ibu.
Ilmu dan pengetahuan biar diajarkan oleh guru. Jati diri dan identitas bagian ibu
***
Indikator kesuksesan orang tua mendidik anaknya tidak mampu diukur dengan gelar, tingkat prestasi, apalagi jumlah materi. Bagi kebanyakan, mungkin ya. Bagiku, mewakili kebanggan orang tuaku, kesuksesan mereka mendidikku adalah memilih pasangan hidup dengan kriteria minimal seperti mereka, yang punya prinsip dan prioritas hidup.
Aku sebagai anak laki-laki yang telah mengalami hangat serta kuatnya kasih seorang ibu, akan mencari pasangan hidup minimal sekaliber ibu. Syukur jika ada yang lebih. Aku tidak mendamba salinan ibu tentu saja. Namun keteladanan dan semangat hidupnya menginspirasiku. Kelak, anak-anakku juga bakal (harus) lebih baik dariku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H