Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Semua Pelajaran Itu Mudah, Gurunya yang Bikin Susah

4 September 2020   12:38 Diperbarui: 4 September 2020   12:32 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Can you speak english? Yes, little little I can.

Anda pernah punya pengalaman bicara Bahasa Inggris tanpa bekal sebelumnya? Bagaimana, lancar atau blepotan?

Mengapa kita perlu belajar Bahasa Inggris, sedangkan melafalkan bahasa ibu masih fales. Kenapa harus mempelajari bahasa asing padahal bahasa daerah saja anak-anak kita tidak kenal?

Era globalisasi di abad 21 menghubungkan kita pada orang hampir di seluruh dunia. Agar bisa berkolaborasi dan nyambung dengan dunia luar, wajib belajar bahasa asing, termasuk Bahasa Inggris.

Saya terhitung manusia dengan kecerdasan linguistik skor rendah. Jangankan Bahasa Inggris, ujian praktik pidato di depan kelas saja mau ngompol. Padahal, komunikasi mutlak diperlukan makhluk sosial. Maka, saya mencari trik menanggalkan taring bahasa internasional ini.

Saya suka nonton film. Kalau pas film luar, biasanya ada dua subtitle, Bahasa Indonesia atau Inggris. Nyamannya dengan Bahasa Indonesia, karena kalau pakai Bahasa Inggris agak lelet, harus stop, putar mundur untuk mengerti isi percakapan.

Namun, di balik ketidaknyamanan itu saya tertantang. Satu dua kosakata Bahasa Inggris juga bertambah. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.

Pada ulang tahun ke-26, 2018, saya dibelikan suatu buku oleh adik. judulnya 365 Days of Wonder karya R.J. Palacio. Buku ini berisi kutipan, pepatah (precept) tentang kebaikan yang perlu dilakukan setiap hari. Menariknya, kutipan ditulis dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Dari sini saya bisa belajar Bahasa Inggris. Buku ini mengacu film Wonder (2017).

Berikutnya, ibarat perang melawan kedunguan, saya wajib punya senjata. Saya instal aplikasi luring Kamus Indonesia-Inggris di laptop dan HP. Untuk memupuk spiritualitas diri, saya membaca renungan dalam Bahasa Inggris tiap hari. Lagi, meski agak lelet bank kata dan sudut pandang saya terus diperbarui.

Tanpa membayar kursus mahal, menghabiskan waktu berjam-jam menonton film subtitle Berbahasa Inggris, Anda bisa berkarib dengan teknologi, yaitu Google keyboard. HP Android zaman sekarang (artikel ini ditulis September 2020) dilengkapi papan ketik yang bisa mendeteksi bahasa untuk diterjemahkan ke Bahasa Inggris atau bahasa lain yang diinginkan. Canggih!

Bahkan tanpa perlu mengetik, kita bisa memasukkan pesan di aplikasi komunikasi populer, WhatsApp, misalnya. Klik saja ikon mikrofon warna hitam (biasanya) di pojok kanan atas. Ucapkan kata yang Anda ingin kirimkan sebagai pesan kepada orang lain. Lebih canggih lagi, tak harus mengetik. Ada mikrofon di WA yang bisa mengirimkan pesan suara. Canggih, canggih! Ibu saya yang tuna aksara pun mendadak mahir berkirim pesan! Entah besok kecanggihan apa lagi yang membuat kita makin ketinggalan.

Fasilitas Google keyboard, tangkapan layar pribadi
Fasilitas Google keyboard, tangkapan layar pribadi

Terakhir, menurut para ahli, cara terampuh adalah praktik ngomong Inggris meski dengan kosakata terbatas itu. Practice makes perfect.

Sudah cukup? Belum. Ilmu setinggi apa pun jika tidak dipraktikkan bakal muspro, jadi pupuk pun tidak. Sekolah kami memberikan fasilitas—sekaligus tuntutan—agar para guru dan tenaga pendidik lanyah bertutur Inggris. English of the day, dilakukan tiap Jumat, 30 menit sebelum jam pulang kantor.

You know lah, Bahasa Inggris menjadi nilai jual sekolah kami. Guru-gurunya minimal tahu Bahasa Inggris, dong. Rekan-rekan guru jebolan Fakultas Bahasa Sastra jadi mentor pengajar guru lainnya. Saya senang, bisa belajar Bahasa Inggris dari ahlinya, GRATIS.

Pelajaran Berbahasa Indonesia saja susah, macam mana Bahasa Inggris? Berdasarkan pengalamanku di awal September, para mentor Bahasa Inggris jadi bukti bahwa semua pelajaran harusnya mudah. Yang ada adalah gurunya yang bikin susah (kayak guru Tematik, macam saya).

Kelas dibagi dua, yaitu kelas speaking dan grammar. Saya pilih yang kedua. Sang mentor membagikan selembar sticky note pada tiap “murid”. Kami diminta menulis satu kata Berbahasa Inggris yang sama dengan huruf pertama nama panggilan teman. Ini waktunya buka “gudang”. Contoh, Kiki kind (huruf awalnya “K”). Sendy smart (huruf awalnya “S”). Kami cekikikan sendiri dengan julukan teman. Kami guru lho ini. Pembukaan menarik, membuat kami lupa punya kosakata “sulit” dalam Bahasa Inggris.

Mentor meminta kami berkelompok berdua-dua dengan teman sebangku. Tiap kelompok diberi sejumlah stik yang sudah ditulisi kosakata Bahasa Inggris. Kami harus mengelompokkan kosakata menurut kata kerja, sifat, dan kata benda.

“Sebelum mencerna bermacam rumus dalam Bahasa Inggris, kita harus tahu membedakan kosakata menurut kelompoknya”, tutur sang mentor.

Mengelompokkan kosakata menggunakan media stik, dokumentasi pribadi
Mengelompokkan kosakata menggunakan media stik, dokumentasi pribadi

“Teman-teman, bagaimana cara membuat kalimat?” Guru yang baik tidak akan menyumbatkan semua pengetahuan di kepala murid. Ingat, ini abad-21. Minimal, ajukan satu pertanyaan tingkat tinggi yang jawabannya selain “Ya” atau “Tidak”. Begitulah cara murid memfungsikan otak.

“Ada polanya miss. Kalau di Bahasa Indonesia berarti minimal S-P-O (Subjek, Predikat, Objek)”, saya ditunjuk sebelum menyambar. Anda ingat pelajaran Bahasa Indonesia?

Belajar menulis kalimat deskripsi tentang teman, dokumentasi pribadi
Belajar menulis kalimat deskripsi tentang teman, dokumentasi pribadi

Terakhir, salah satu mentor yang menjabat wakil kepala sekolah kembali memberikan lipatan sticky note berisi nama teman dalam ruangan. Berikut daftar kosakata populer beserta terjemahannya. Tugas kami mendeskripsikan nama teman, minimal 5 kalimat tanpa menyebutkan jenis kelaminnya. Meski doyan nulis, dalam Bahasa Inggris saya payah.

Lima menit kemudian. Secara bergantian kami harus membacakan deskripsi tentang teman, sedangkan "murid" lain menebak orang dimaksud. Saking serunya, kami agak lupa bahwa di luar kelas berprofesi guru, hehe.

Begitulah. Semua pelajaran harusnya mudah dan bungah (senang). Yang bikin susah itu gurunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun