Masih melansir tirto.id, MUI mendesak polisi mengusut penyebar narasi "klepon tidak islami" karena menimbulkan keresahan publik. Berita bohong itu lalu ditunggangi kelompok tidak bertanggung jawab untuk memancing permusuhan, kegaduhan, dan kebencian atas dasar SARA. Asrorun, Sekretaris Komisi Fatwa MUI meminta masyarakat tidak terprovokasi, tidak menjadikan meme tersebut bahan olok-olok yang bisa berdampak hukum.
Melansir akurat.co, pemilik akun @Irenecutemom yang awalnya mengunggah poster penjualan sebuah toko, yang mencatut klepon. "Kue klepon tidak islami", dan menganjurkan agar meninggalkan jajanan yang tidak islami dengan cara membeli jajanan islami, yaitu kurma.
Dibalas akun @satriobgs12. Kalau dia makan kue lapis berwarna-warni kayak pelangi, apakah artinya dia mendukung LGBT? Dilanjutkan akun @MelsaViia, kalau klepon dibilang tidak islami lalu kue tetek dibilang apa, tidak islami juga karena berbau pornografi? Nah, jadi rame kan...
Pelipurnya, klepon ini masih jadi peluang bisnis menguntungkan. Dengan modal seuprit, bisa menyabet keuntungan selangit dari berbisnis klepon.
Seperti kesaksian Reynaldi Angga (23), mahasiswa Universitas Brawijaya asal Kabupaten Pasuruan yang sukses menyulap klepon original menjadi klepon buah dengan bermacam varian rasa. Berkat keuletannya, Reynaldi meraup omzet Rp. 2 juta tiap hari, dan Rp. 3-5 juta di akhir pekan. Â (wartabromo.com via akurat.co) Daripada menzalimi klepon mendingan berkarya, jadi berkah bagi orang banyak.
Mari gunakan akal sehat. Poster ungahan di twitter itu tidak jelas di toko apa, di kota mana. Namun tercantum nama Abu Ikhwan Azis. Supaya tidak terjungkal dalam jurang fitnah, ada baiknya kita mengupas informasi media sosial menggunakan pisau analitis dari akun kredibel. Bukannya menelan bulat-bulat macam orang tak makan selama pandemi.
Melansir gema.id, ada satu akun Facebook yang sudah terverifikasi, Indonesian Hoaxes, yang menyelidiki suatu informasi benar atau hoaks. Faktanya: nama Abu Ikhwan Azis tidak merujuk pada nama orang atau toko mana pun. Gambar yang beredar adalah milik Pinot Dita yang diunggah pada flickr.com 16 September 2008. Klepon sendiri merupakan produk yang sudah mendapat sertifikat halal dari MUI.
 Disimpulkan, unggahan "klepon tidak islami" tidak memiliki dasar kuat, hanya dibuat untuk memancing keributan di media sosial. Entah siapa dalang di balik ini semua, apa hubungannya dengan akun @Irenecutemom. Jika terbukti ada jaringan bertekad jahat, pasti ada sanksi menanti.
Kalau kaum pikir kerdil itu mau menghakimi klepon hanya dari warna dan "taburan salju"-nya, maka putu ayu, gethuk, lupis, olong-olong dan moci bakal tersulut. Barangkali jika dipinjami nafas, mereka bakal menggalang solidaritas jajan pasar hijau-putih dengan tagar #takbutuhlabelislami