Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

"Musim" Marah Ala Pemimpin Indonesia

4 Juli 2020   09:03 Diperbarui: 4 Juli 2020   08:59 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo menggebrak meja podium, Foto: Tagar.id/Ridwan Anshori

Saya pernah marah pada rekan mahasiswa dalam suatu kegiatan kampus, cuma gegara dia belanja tidak sesuai anggaran. Padahal saya hanya selaku bendahara, hehe.

Namanya manusia, wajar kalau marah. Entah karena ekspektasi tidak sesuai realita. Atau, usaha untuk meraih sesuatu terlalu rendah.

Marah, bagi sebagian orang menjadi ajang membangun wibawa. Untuk sebagian lainnya representasi monster dalam diri. Lalu sebagian kecil, menjadi cara melindungi diri. Menyembunyikan borok. Tapi ada, yang marah luar biasa karena bawahannya "tidak becus".

Akhir-akhir ini di negara kita sedang "musim" marah. Suasana krisis akibat pandemi Corona jadi akarnya. Sudah begitu dibenturkan dengan kinerja biasa-biasa saja.

Raja berkenan kepada hamba yang berakal budi, tetapi kemarahannya menimpa orang yang membuat malu

Baca juga: Jangankan Presiden, Semut pun Menggigit Kalau Diinjak

Prabowo menggebrak meja podium saat kampanye di Sleman, Jogja (April 2019). Fans-nya bersorak histeris mengikuti frasa "antek-antek asing". (cnnindonesia.com) Prabowo marah lagi dalam debat keempat capres-cawapres. Dia berujar pertahanan negara kita lemah, malah ditertawakan penonton. Beliau menyalahkan siapa juga dianya tidak tahu. (tirto.id) Ya ampun.

Pak Prabowo juga pernah marah saat Ratna Sarumpaet dipukuli hingga babak belur. Menurutnya, perlakuan pada Ratna adalah tindakan di luar kepatutan, pelanggaran HAM, dan ancaman terhadap demokrasi. Prabowo demikian getol membela tim suksesnya menuju capres 2019 itu. (alinea.id) Tapi (pemukulan itu) boong...

Sebagai bagian dari emosi universal, ada sepuluh jenis marah. Assertive anger, tipe marah paling kalem. Menghindari konfrontasi dan menahan mengeluarkan kata-kata kasar. Behavioural anger, melibatkan ekspresi fisik dan cenderung agresif. Menyerang orang dan merusak barang di sekitar. Chronic anger, timbul karena benci dengan orang lain atau frustasi pada keadaan.

Judgmental anger, muncul karena melihat atau menerima ketidakadilan. Overwhelmed anger, marah karena memikul terlalu banyak tanggung jawab atau tidak mampu melawan stres. Passive aggresive anger, orang tipe ini sinis atau menyalahkan keadaan. Membuat ambigu, membingungkan orang lain. Retaliatory anger, didasari rasa balas dendam. Melakukan intimidasi yang menyulut tensi tinggi.

Self-abusive anger, muncul karena putus ada, tidak berharga, disakiti atau malu. Verbal anger, diikuti ekspresi teriak, mengancam, sarkasme hingga kritik menyalahkan. Tujuannya mempermalukan seseorang. Volatile anger, kemarahan yang naik turun seperti rollercoaster. Bisa cepat marah, seketika kemudian langsung tenang. (lifesupportscounselling.com.au via klasika-kompas.id)

Mengapa di atas saya menyinggung Pak Prabowo? Untuk membandingkan efektivitas "marah" dengan tokoh-tokoh berikut, dalam kapasitasnya sebagai pemimpin.

Ahok marah karena banyak keruwetan birokrasi. Eks gubernur DKI Jakarta itu hobi marah. Diantaranya, buruh ngeyel menuntut KHL (Komponen Hidup Layak), anak buahnya menarik pajak pada penyumbang bus, dan laporan "siluman" tentang pegawai lepas di dinas kebersihan DKI. (detik.com)

Dalam evaluasi penanganan banjir, Ahok sampai berkata, "Yang bodoh nurut, yang pinter ngajari". Konon, watak galak ini sudah "dilatih" sejak meneruskan perusahaan ayahnya di Belitung.

Pembawaannya boleh keibuan. Tapi jika ada yang tak beres di jajarannya, dia muntab. Pernah, dua unit mobil PCR bantuan BNPB dialihkan ke daerah lain oleh Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur. Walikota Surabaya itu tak terima mobil bantuan untuk warga Surabaya diboikot. Padahal ketua gugus tugas langsung yang memberitahu Bu Risma. (kompas.com)

Bupati Boltim (Bolaang Mongondow Timur), Sulawesi Utara mencak-mencak. Kebijakan pemerintah menyulitkan masyarakat penerima bantuan di masa pandemi Covid-19. Sehan Salim Landjar menyemprot menteri terkait. Menteri desa, pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi, menteri sosial dan menteri dalam negeri. Kebijakan mereka tumpang tindih. Membingungkan. Pernah ada warga datang minta beras satu liter untuk makan. BLT hanya janji. Akhirnya Sehan bertindak sesuai kebutuhan lapangan. (tempo.co)

Kemarahan Bupati Boltim ini nyata relevan, saat Jokowi murka di depan jajaran kabinetnya. Kinerjanya tidak sesuai kondisi krisis. Mereka seharusnya bekerja sesuai situasi extraordinary. Bukan yang biasa-biasa saja.

"Saya lihat masih banyak, kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ! Ini apa nggak punya perasaan, suasana ini krisis." Rombak kabinet atau Perpu tak ayal. Begitulah kalau macam-macam dengan (eks) tukang kayu.

Seorang tukang kayu juga pernah marah, sampai menjungkirbalikkan meja para pedagang. Pasalnya dari balik meja penukar uang dan pedagang merpati mereka "merampok" orang-orang yang hendak beribadah. Tempat ibadah jadi sarang penyamun.

Di tengah kungkungan pandemi seperti sekarang, banyak orang sensi dan mudah marah. Maka, setiap kita perlu berkaca di dasar atas apa kita berpijak. Seperti tipe Judgmental anger, misalnya. Marah karena melihat atau menerima ketidakadilan orang lain.

Marah yang bagaimana yang efektif? Indikatornya gampang. Apakah marah itu untuk membela diri dan kelompok; atau kepentingan rakyat banyak.

Salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun