"Saya bisa hidup dua bulan dari pujian yang baik" --Mark Twain
Jika kita menerima kata-kata Mark Twain secara harfiah, enam pujian setahun menjamin tangki kasihnya tetap berisi. Tapi pasangan, yang dengannya kita menghabiskan waktu di Bumi, tentu butuh lebih dari itu.
Seperti kekasih saya, merasa dikasihi berarti menerima kata-kata yang mendukung. "Hidup dan mati dikuasai lidah", kata Raja Salomo---penulis sastra hikmat bangsa Ibrani. "Kekhawatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia". Hanya dari perkataan yang meluncur dari mulut, bisa membuat pasangan kita kuat atau justru dilemahkan.
"Kamu lebih cantik meski tanpa make up" | "Terima kasih sudah memasak makanan kesukaanku" | "Terima kasih sudah menyajikan kopi" | "Terima kasih kamu mau mencuci piring malam ini, aku sungguh menghargainya" | "Terima kasih telah mencari baby-sitter untuk malam ini", adalah contoh-contoh mengasihi dengan kata-kata dukungan.
Ada pengalaman unik dialami seorang perempuan dan suaminya, Bob. Ia sangat ingin suaminya mengecat kamar tidur. Betapa pun keras si istri berusaha, suaminya bergeming, dan itu sudah berlalu sembilan bulan! Suaminya tahu keinginan sang istri, tapi justru mencuci dan memoles mobil sepanjang hari.
Dr. Chapman meminta agar perempuan ini mengingat apakah suaminya pernah melakukan hal-hal baik, seperti mengeluarkan sampah, membersihkan kaca mobil, membayar rekening listrik dan menggantung jas. "Tentu pernah", jawab perempuan. Nasihat pertama, dia tidak harus menyebut-nyebut lagi tentang mengecat kamar tidur.
Kedua, setiap kali suaminya melakukan sesuatu yang baik, dia harus memberikan kata-kata pujian. Meski nampak mudah dipraktikkan, perempuan ini bingung bagaimana hal itu dapat membantu. Ia tidak merasa puas dengan nasihat tersebut, lalu pamit.
Tiga minggu kemudian. "Berhasil, Dok!" Si perempuan telah belajar bahwa kata-kata pujian merupakan penggerak yang lebih ampuh daripada kata-kata keluhan dan bersungut.
Jika kita menerima kata-kata yang mendukung kita, kemungkinan besar kita akan lebih termotivasi untuk memberi respons serupa
Kita, seperti halnya pasangan, tak luput dari kelemahan. Mungkin kita kurang berani, dan inilah yang menghambat kita menyelesaikan hal-hal positif yang ingin kita lakukan. Potensi terpendam dalam pasangan kita di bagian mana ia kurang mantab mungkin menunggu dorongan kita.
Membesarkan hati memerlukan empati dan melihat dunia melalui kacamata pasangan. Kita harus lebih dulu mempelajari apa yang penting bagi pasangan, barulah kita bisa memberi dorongan. Banyak dari kita memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Yang menjadi penahan untuk maju adalah tiada keberanian. Seorang pasangan yang peka dan penuh kasih bisa memasok katalis mahapenting ini.
Saya belajar mempraktikkannya kepada sang kekasih. "Semangat berkarya hari ini, sayang" | "Kamu memang punya karunia mengasihi dan memberi" atau "Terima kasih sudah bekerja keras dan menjadi berkat hari ini" membuat pasangan saya merasa dicintai.
Satu dari lima bahasa kasih, kata-kata pendukung memiliki banyak dialek. Kata-kata ramah, kata-kata merendah, adalah dua di antaranya.
Kunci untuk mengubah iklim emosional dari perkawinan Betty Jo dan Bill dari kondisi "tangki kasih" yang kosong adalah mengutarakan secara lisan hal-hal yang disukai tentang pasangan dan menghentikan sementara keluhan mengenai hal-hal yang tidak disukai.
Kurang lebih dua bulan berselang, ada perkembangan yang dialami pasangan ini. Bill: "Betty Jo sungguh telah membuat saya merasa sebagai laki-laki lagi." Sedangkan Betty Jo: "Sudah lebih baik. Bill memuji saya dengan kata-kata penghargaan. Tapi dia masih saja sibuk dengan pekerjaannya dan kurang menyediakan waktu untuk saya." Pengalaman Betty Jo dan Bill ini yang mendorong penemuan Dr. Chapman bahwa bahasa kasih satu orang tidak selamanya sama dengan bahasa kasih orang lain.
Psikolog William James mengungkapkan, kebutuhan paling mendasar dalam diri manusia adalah untuk merasa dihargai. Kata-kata pendukung bisa menjadi pemenuh kebutuhan tersebut. Bersiaplah, kita akan belajar bahasa kasih yang kedua...
Dikutip dari buku Lima Bahasa Kasih, Gary Chapman
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI