Membesarkan hati memerlukan empati dan melihat dunia melalui kacamata pasangan. Kita harus lebih dulu mempelajari apa yang penting bagi pasangan, barulah kita bisa memberi dorongan. Banyak dari kita memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Yang menjadi penahan untuk maju adalah tiada keberanian. Seorang pasangan yang peka dan penuh kasih bisa memasok katalis mahapenting ini.
Saya belajar mempraktikkannya kepada sang kekasih. "Semangat berkarya hari ini, sayang" | "Kamu memang punya karunia mengasihi dan memberi" atau "Terima kasih sudah bekerja keras dan menjadi berkat hari ini" membuat pasangan saya merasa dicintai.
Satu dari lima bahasa kasih, kata-kata pendukung memiliki banyak dialek. Kata-kata ramah, kata-kata merendah, adalah dua di antaranya.
Kunci untuk mengubah iklim emosional dari perkawinan Betty Jo dan Bill dari kondisi "tangki kasih" yang kosong adalah mengutarakan secara lisan hal-hal yang disukai tentang pasangan dan menghentikan sementara keluhan mengenai hal-hal yang tidak disukai.
Kurang lebih dua bulan berselang, ada perkembangan yang dialami pasangan ini. Bill: "Betty Jo sungguh telah membuat saya merasa sebagai laki-laki lagi." Sedangkan Betty Jo: "Sudah lebih baik. Bill memuji saya dengan kata-kata penghargaan. Tapi dia masih saja sibuk dengan pekerjaannya dan kurang menyediakan waktu untuk saya." Pengalaman Betty Jo dan Bill ini yang mendorong penemuan Dr. Chapman bahwa bahasa kasih satu orang tidak selamanya sama dengan bahasa kasih orang lain.
Psikolog William James mengungkapkan, kebutuhan paling mendasar dalam diri manusia adalah untuk merasa dihargai. Kata-kata pendukung bisa menjadi pemenuh kebutuhan tersebut. Bersiaplah, kita akan belajar bahasa kasih yang kedua...
Dikutip dari buku Lima Bahasa Kasih, Gary Chapman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H