Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengasihi Pasangan dengan Lima Bahasa Kasih

10 Juni 2020   11:31 Diperbarui: 12 Juni 2020   11:46 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Lima Bahasa Kasih, foto: dokpri

"Bahasa kasihku tuh kata-kata penguatan", jelas pacarku di awal kami pacaran.

Bahasa kasih? Bahasa dari negara mana itu? Sepanjang jejak pendidikanku, tak pernah disinggung dalam pelajaran.

Suatu kali, egoku bangkit gegara pacarku sibuk kerja, di atas jam 20.00 tak membalas pesan, seolah aku tidak penting baginya. Aku ngambeg. Niatnya menggoda, eh justru menerjunbebaskan sisa tenaganya di hari itu. Atmosfer Jakarta-Salatiga terlalu timpang, membuat kami sering bergesekan.

Memangnya salah menegurnya karena tidak memberi perhatian?

Kali lain, aku membuat lampion dari kardus bekas dengan siluet foto wajahnya. Aku kirimkan bersama kartu ucapan. Aku anggap itu sudah cukup menjadi ungkapan kasih, sehingga tak perlu lagi memberi ucapan. Dia jutek, merasa tidak dikasihi. Loh, kan aku sudah memberi hadiah...

Betapa baiknya Tuhan, mempertemukanku pada calon istri (di balik kesibukannya) yang takut akan Tuhan, telah hidup baru, cekatan, dan mau terus belajar. Diberinya aku buku yang akhirnya mencelikkanku tentang bahasa kasih.

Kukira yang namanya mengasihi adalah sesederhana mentraktir makan, memberi hadiah atau mengantar-jemput. Kami sama-sama bisa berbahasa Indonesia, meskipun pacarku dari etnis Batak, aku Jawa. Namun itu tak cukup untuk mengungkapkan kasih. Dari Dr. Gary Chapman aku dibukakan perspektif baru yang menolong relasi kami.

Bukan bahasa sesuai Ejaan Yang Disempurnakan, tak perlu bahasa malaikat yang paling indah sekalipun; pasangan kita perlu dikasihi dengan bahasa kasih

Setelah dua puluh tahun memberi konseling pernikahan, Dr. Chapman menemukan ada lima bahasa kasih, merupakan lima cara mengutarakan cinta emosional yang dapat dilakukan dan dimengerti pasangan.

Jarang sekali suami-istri memiliki bahasa kasih yang sama. Kita cenderung menggunakan bahasa kasih yang utama bagi diri sendiri, dan dibuat bingung bila pasangan kita tidak mengerti apa yang kita sampaikan. Padahal "Saya sudah memberikan yang terbaik untuknya, sampai mengorbakan banyak hal", kita membela diri.

Kita sedang mengungkapkan cinta, tetapi pesan itu tidak mengenai sasaran karena kita menggunakan bahasa kasih yang asing bagi pasangan. Ibaratnya Anda mengungkapkan kasih kepada pasangan dalam Bahasa Inggris, sedang pasangan Anda hanya mengerti Bahasa Cina. Sesungguh-sungguh apa pun Anda mengasihi, pasangan Anda takkan pernah merasa dikasihi.

Dengan membaca buku ini, kita akan menemukan lima dasar bahasa kasih, dan bahasa kasih yang utama, yang dibutuhkan pasangan. Dengan begitu kita akan menemukan kunci pernikahan jangka panjang dan penuh kasih sayang. Kami bersyukur bisa belajar bagian ini sejak pacaran.

Metafora "Tangki Emosional"

Dalam diri setiap anak terdapat "tangki emosional" yang perlu diisi dengan kasih sayang. Apabila seorang anak merasa sungguh-sungguh dicintai, ia akan berkembang dengan baik. Tapi bila "tangki"-nya kosong, ia akan mencari kasih sayang dengan cara dan di tempat-tempat yang salah.

Pasangan kita pun punya "tangki" yang harus diisi. Kebutuhan untuk dicintai oleh pasangan terletak pada inti dari hasrat perkawinan.

Mengapa Perlu Bahasa Kasih?

Modal cinta dan cocok saja tak cukup untuk hidup dalam pernikahan. Cinta bisa menguap setelah bertahun-tahun menikah. Keluhan pada hal-hal sepele, ungkapan kasih yang tidak tepat sasaran bisa menjadi "ranjau". Apa yang indah sebelum menikah tidak benar-benar indah setelahnya.

Alasan mendasar masalah ini adalah orang berbicara dalam bahasa kasih yang berbeda. Itulah mengapa kita perlu mengenal dan berkomunikasi dengan bahasa yang dikenali pasangan kita.

Apa saja Bahasa Kasih?

Garry Chapman mengklasifikasikan lima bahasa kasih, 1) Kata-kata Pedukung, 2) Saat-saat Mengesankan, 3) Menerima hadiah-hadiah, 4) Pelayanan, dan 5) Sentuhan Fisik.

Bahasa kasih ini jika "diucapkan" dengan tepat sesuai kebutuhan pasangan, bakal merekatkan ikatan kita kepada pasangan, betapa pun masalah bertubi-tubi mendera. Sebaliknya, bisa menggerogoti relasi jika berkomunikasi dengan yang bukan bahasa kasih pasangan, sekali pun kita sudah mengorbankan waktu, uang, tenaga bahkan kesenangan pribadi. Saya akan mengulas kelima bahasa kasih ini ke dalam lima artikel berikutnya. Selamat belajar...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun