Tak hanya jauh dari pacar atau orang tua, kelamaan jauh dari murid juga menyebabkan kangen. Kangen polah usilnya, caper-nya, keringatnya (eh?), bahkan derita kalau diajari sampe berbusa ndak mudeng-mudeng. Corona, Corona, please go away!
Kangen dengan ibu (waktu merantau di Surabaya) bisa pulang. Kangen pacar bisa ngapel ke Jakarta. Sekarang, kangen pada murid...? Nak, seandainya kalian membaca tulisan ini, jujur mister juga kangen kalian. Mister tidak ungkapkan, supaya tegar. #mataberkacakaca
Kangen di masa normal. Jumat adalah hari paling syahdu di sekolah kami. Pertama, kami boleh memakai kaos bersablon nama sekolah atau kaos berkrah, dan celana jins. Kedua, dapat jatah uang makan untuk lima hari. Ketiga, weekend, berarti Sabtu-Minggu kemerdekaan pribadi. Lima hari kuras tenaga, dua lainnya waktu pelepasan.
Semenjak kerja dari rumah, tak ada greget mengharap akhir pekan. Lagi pula semua hari sama, rasanya weekend. Hal ini juga yang mengaburkan kangen mingguan.
Selain kesenangan pribadi, ada rutinitas sekolah--jembatan keakraban---yang kami juga kangeni, yang barangkali takkan terobati saat "New Normal" diterapkan.
1) Salaman dan Tos
Tiap pagi ada guru piket, berdiri di depan pintu masuk sekolah sambil menyerahkan senyum terbaik pada murid dan menggenggam tangan atau tos. "Good morning, Elyn" | "Good morning, miss/ mister"
Pada momen itulah para guru piket dikaruniai membaca "nasib" para murid. Apakah "tangki kasih"-nya penuh dari rumah, sudahkah cacing perutnya disuapi, sudah mengerjakan tugas matematika atau belum, apakah otak dan ototnya cukup waktu ditidurkan, mantabkah mereka ke sekolah demi menghindari "neraka" kebosanan di rumah.
Saat "New Normal" nanti, kami takkan bisa salaman maupun tos.
2) Olah raga bersama