Sudahkah saya puas? TIDAK. Setiap bertambah satu "jarahan", makin menyadarkan bahwa masih banyak musuh di depan. Jadi, harus membeli lebih banyak buku. Entah langsung dibaca atau tidak, itu soal belakangan.
Saya penikmat biografi, filosofi pendidikan dan novel khususnya goresan Pak Cik Andrea Hirata. Memangnya saya bukan kutu buku sejati, hanya penikmat. Bisa beli buku yang benar-benar dibutuhkan jika ada sisa receh di kantong, dan bisa sedikit gila jika ada bazar. Yang tidak saya butuhkan, yang tidak saya minati pun bisa saya samber karena harganya terlampau murah, kisaran Rp.5.000 -- Rp.20.000. Pikir deh, kenikmatan macam apa yang layak ditukarkan dari menyelami lautan kata yang harganya cuma setara sepiring nasi padang + es teh!
Yang namanya jarahan, harus disimpan di tempat terbaik dong. Paling aman kalau perlu. Karena keterbatasan "armada", saya jejalkan buku-buku saya di satu-satunya lemari pakaian.
Sudah seperti itu pun, saya masih ciut. Ada satu kawan yang lebih gila, penggemar filsafat, tekun menimbun lemarinya dengan berbagai "jarahan", dan dia masih menganggapnya kurang. Wah, ada temannya, hehe.
Begitulah, saya takkan puas membaca jika tidak membeli buku. Meski bisa meminjam teman, namun tingkat kepuasannya jelas beda. Saya harus mendapat "jarahan".
Kalau anda, sudah berapa banyak "jarahan"?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H