Pelanggarannya bukan tanpa alasan, apalagi kurang kerjaan. "Gempuran" teknologi komputer dan internet membuat belajar dari rumah terlampau mungkin diaplikasikan. Satu pertanyaan mendasar, apakah semua murid sudah mendapat cukup fasilitas untuk belajar di rumah?
Faktanya, di bawah langit khatulistiwa ini masih ada murid yang tidak punya fasilitas pendukung seperti ponsel pintar. Boro-boro ponsel, TV saja tak ada. Kalaupun ada ponsel, biaya untuk membeli pake data menjadi beban tambahan bagi anak-anak petani ini. Jadi tak perlu jauh-jauh membicarakan pulau yang ada tidak ada di peta Google. Ketertinggalan ini masih di daerah Jawa, kabupaten paling timur di Pulau Madura.
Di saat para murid mulai mengeluh harus belajar di rumah kebanyakan tugas, ditambah curhatan para emak-emak yang merapel beban guru (padahal tersedia fasilitas lengkap); murid-murid Guru Avan tak ada kesempatan untuk mengeluh
Keterbatasan ekonomi sebagai keluarga petani menyajikan kehidupan yang sederhana, tidak semua memiliki perangkat elektronik sebagai media belajar. Sudah begitu, waktu dan tenaga orang tua muridnya dihabiskan di ladang agar kebutuhan harian tercukupi.
Kenyataan ini yang membuat Guru Avan tidak bisa duduk diam. Kewajibannya sebagai guru jelas, menyiapkan pembelajaran online. Perkara muridnya punya fasilitas atau tidak, itu bukan deritanya. Namun nuraninya "memaksanya" mengajar ke rumah muridnya untuk mengajari mereka satu persatu. Salut!
Niat baiknya bukan tanpa hambatan. Guru Avan harus menempuh jarak hingga 20 km, apalagi kalau hujan, harus berjalan melewati sawah demi menjangkau rumah muridnya.
Belum lagi kekhawatiran keluarganya, yang syukurnya memberikan restu. Guru juga bukannya tidak takut terkena virus, namun dia beriman Tuhan akan melindunginya. Bukankan setiap prajurit di medan perang harus siap terkena peluru?
Pihak orang tua merasa senang dan tenang meninggalkan anak ke sawah atau ladang. Malah ada orang tua yang memintanya datang setiap hari, seolah tugas Guru hanya mengurusi anaknya. Manusia tuh memang gitu, maunya enak melulu.
Sedangkan pihak sekolah juga mendukung, meskipun bukan dalam bentuk dana. Bagi Guru Avan ini bagian dari panggilannya, melebihi tugasnya sebagai guru.
Seandainya suara nurani Guru Avan tidak didengarnya, sedangkan tidak ada perintah dari sekolah, maka anak-anak yang tidak punya ponsel itu "tidak bisa belajar".