Pro dan kontra kian memanas, antara kubu yang beringas dan kaum yang ingin bebas. Ada yang bilang, kebijakan UN tidak cukup mampu menjadi hakim kelulusan siswa yang telah bertahun-tahun belajar di bangku kelas. Ada opini, jika UN dihapuskan siswa akan semakin malas karena motivasi belajarnya berkurang. Ada juga yang gereget, jika UN dihapuskan siswa akan merdeka sungguhan. Orang tua turut lega, tak harus khawatir jika anaknya tidak lulus. Namun, dengan pendekatan apa pun nampaknya UN mustahil dihapuskan.
Bahkan ada suara nyinyir, UN takkan pernah bisa dihapuskan di Indonesia karena ada mafia di tingkat pusat yang mengais beras dari soal-soal yang digandakan. Orang sekelas menteri pun tak berkutik menghadapi rombongan ini.
Barulah di era Mas Nadiem, UN ini mulai dilucuti kesaktiannya dengan wacana "Tahun 2020 adalah terakhir dilakukan Ujian Nasional". Para pelajar yang pada Tahun Pelajaran 2019/2020 berada satu tingkat di bawah setiap jenjang tertinggi, yaitu kelas V SD, VIII SMP, dan kelas XI SMA siap-siap memproklamasikan kemerdekaannya. Tak sampai akhir semester, rupanya Ujian Nasional tahun 2020 dibatalkan.
Mereka menang sebelum berperang
Baca juga: Pesan untuk Mas Mentri
Hal ini sesuai kesepakatan Kemdikbud dan Komisi X DPR (23/03/20), ditegaskan presiden Jokowi melalui rapat terbatas untuk memotong rantai penyebaran virus Corona (kompas.com).
Corona oh Corona. Dirimu tak perlu disalahkan, sekaligus juga tak perlu diberi ucapan terima kasih. Mas menteri khususnya, tak harus mempertaruhkan karirnya dengan peristiwa heroik menghapus Ujian Nasional. Gegara Corona, UN dihapuskan.
Sebagaimana Corona menjadikan riil banyak hal yang mustahil di kolong langit nusantara ini, kita perlu terus percaya dan berupaya agar dampak Corona yang masih meluas ini bisa dituntaskan pemerintah dengan partisipasi aktif masyarakat. Social-Physical Distancing, rajin cuci tangan, minimalisir kegiatan di kerumunan, jangan sok kuat. Jangan sampai kemustahilan yang tidak diharapkan justru menjadi riil.
Salam,
Kris Wantoro
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H