Empat belas hari mutlak menjadi berkah bagi saya yang doyan membaca, melampaui hobi mengajar. Saya bisa berpetualang lintas ruang-waktu tanpa meninggalkan rumah. Masalahnya, supaya bisa beli buku, saya harus mengajar. Kesenangan ini harus ditopang dengan tanggung jawab.
Minggu (15/03) di grup WA orang tua sudah heboh apakah besok masuk sekolah atau libur. Efek resonan pemerintah Kota Solo yang meliburkan anak sekolah. Setelah pimpinan mendapat keputusan dari pemda, Minggu siang itu diputuskan bahwa siswa-siswa di Salatiga juga diliburkan. Catatan, besoknya guru-staf harus masuk.
Senin (16/03) saya dan rekan-rekan ngantor setengah hari untuk menyiapkan tugas terstruktur yang akan dikerjakan anak di rumah. Bobot tugasnya disesuaikan dengan jumlah jam pelajaran setiap harinya.
Tidak gampangan, namun tidak mengharuskan mereka keluar rumah. Semua petunjuk tugas diketik dalam Ms. Word, dikoreksi waka kurikulum, lalu dikirimkan melalui grup WA orang tua. Mereka bisa mencetak sendiri, atau menggandakan di tempat foto kopi langganan.
Saya misalnya, sebagai pengajar Tematik yang pelajarannya setiap hari. Saya mengombinasikan kegiatan membaca, menulis, membuat bagan sesuai buku pendamping belajar. Dengan berbagai pertimbangan, kami belum mengakses pembelajaran online. Saya pribadi memanfaatkan Google Form sebagai salah satu model pembelajaran. Sebelumnya, dalam tatap muka di kelas saya telah mendiskusikan materi melalui tampilan LCD proyektor.
belajar Tematik dengan Google Form, muatan IPS @kraiswan
Belajar zaman now tidak melulu menulis. Dengan aplikasi sederhana bisa dikondisikan agar anak tetap berpikir di rumah. Google Form, meski bukan platform pembelajaran, bisa dikondisikan menjadi soal pilihan ganda, isian singkat dan uraian. Tinggal klik atau ketik, lalu submit. HP atau komputer mereka tidak hanya untuk bermain game tapi juga belajar.
Ingat, empat belas hari adalah waktu belajar di rumah, bukan liburan