Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dunia dalam Genggaman Bung Karno (Sinopsis)

11 Maret 2020   06:02 Diperbarui: 11 Maret 2020   06:42 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain karakter, persamaan lainnya ditemukan pada sahabat-sahabat yang dikunjunginya adalah peristiwa kudeta. Zahir Shah (Presiden Afghanistan) digulingkan oleh perdana menterinya sendiri, Muhammad Daud Khan pada 1973. Nkrumah pun bernasib sama. Saat berkunjung ke Korea Utara dan Tiongkok, 24 Februari 1966, Kolonel Emannuel Kwasi Kotoka melakukan kudeta militer. Sungguh ironis. Saat dia membawa misi perdamaian bagi negara lain, justru di negaranya sendiri tidak damai.

Para pejabat tinggi Jerman Barat, termasuk presidennya, Theodore Heuss dibuat melongo mendapati Soekarno sangat fasih berbahasa Jerman. Padahal dia tak pernah mengenyam pendidikan di Jerman. Letak Indonesia jauh dari Jerman, dan tidak pernah menjadi jajahan Jerman Raya. Dari mana Soekarno bisa menguasai bahasa yang tidak mudah dipelajari itu? Tak perlu heran, karena Soekarno gemar membaca. Akibatnya, dia mendapat respek tinggi dari Presiden Heuss dan jajaran pejabatnya. Tambahkan bahwa Soekarno menguasai empat bahasa asing: Inggris, Prancis, Jerman dan Belanda.

Tidak ada yang lebih kuat daripada negara yang bersatu, dan tidak ada negara yang lebih lemah daripada orang-orang yang terpecah-belah.

--Soekarno

Sehebat-hebatnya manusia, Banteng Merah ini punya kelemahan. Misalnya, seperti diungkapkan Prof. Asvi Warman Adam (LIPI), Soekarno mengakui Timor Timur sebagai koloni Portugal, padahal dia penentang imperialisme dan kolonialisme. Ia bersikukuh bahwa Indonesia hanya terdiri dari wilayah yang dulunya dicengkeram Netherland East Indies. Soekarno dinilai inkonsisten, jika tidak mau dikata keras kepala.

Lebih jauh, Soekarno disebut loyal pada Jepang. Dalam pidatonya di hadapan romusha di Bajah Kozan, "Kita mesti berbakti dulu kepada Jepang, saudara tua kita, yang sekarang sedang mati-matian melawan Sekutu. Setelah Sekutu kalah, saudara tua akan memberi kemerdekaan pada kita" Tanpa ragu, Soekarno berucap, "Kalau Jepang memberi kemerdekaan pada saya sekarang, maka saya tidak akan terima"---masa sebelum Proklamasi 1945 (Dari Penjara ke Penjara, Tan Malaka)

Demikian ulasan saya. Tak Ada Gading yang Tak Retak. Setangguhnya Banteng Merah yang dimiliki Indonesia, dia tetaplah manusia, ruang bagi kesalahan. Namun, jika visi dalam kepalanya tak pernah diungkapkan, mungkin tidak pernah hadir Indonesia seperti sekarang.

Salam,

Watuagung, Maret 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun